Minggu, 26 Juni 2016

Resensi buku (Ayo, Kamu Bisa!)



Resensi buku (Ayo, Kamu Bisa!)

Judul Buku: Ayo, Kamu Bisa!
Penulis: Naning Chandra
Editor: D Kurniawan
Ilustrator: T Benson
Penerbit: Tiga Ananada
Jenis: Pictbook


Tim dan Tom, kakak beradik yang selalu rukun. Tom adalah sang juara dayung yang beberapa kali memenangkan kejuaraan mendayung. Tim belajar dari kakaknya cara melajukan kano, cara berbelok ke kanan dan ke kiri, cara berhenti dan menjaga keseimbangan agar tidak terbalik. Rupanya, mendayung Kano tidak mudah, batin Tim. Selama sepekan Tim belajar dengan Tom, dia belum juga menguasai. Padahal Tim ingin sekali menjadi pemenang kejuaraan dayung seperti kakaknya.

Dua minggu lagi akan diadakan kejuaraan mendayung. Tapi Mike monyet yang biasa menjadi pasangan Tim tidak bisa ikut berlatih karena sedang mengunjungi nenek yang sakit di luar kota. Tim menemani kakaknya berlatih menggantikan Mike.  Sampai hari pertandingan, Mike tak bisa datang. Pada akhirnya Tim yang menggantikan Mike. Mulanya Tim merasa ragu. Jangan-jangan gara-gara dia, Tom tak bisa menjadi juara lagi tahun ini. Tapi, kata kakaknya, yang terpenting adalah pengalaman dan usaha. Bukan juara yang dikejarnya. Syukurlah, Tim dan Tom menjadi juara tiga. Tim senang bisa membantu kakaknya mengikuti kejuaraan tahun ini. Walau hanya juara ketiga, Tom bangga sekali karena adiknya baru belajar dan sudah melakukan yang terbaik.



Buku cerita yang menonjolkan tentang pentingnya usaha dan berlatih dalam sebuah pertandingan. Dengan ilustrasi yang menarik di sisi kiri, tulisan di sisi kanan ananda yang baru bisa membaca akan lebih mudah memahami keseluruhan isi cerita. Dibagian akhir, ada kesimpulan inti cerita dan games menarik yang bisa dipecahkan oleh ananda. 

Resensi buku (Buah Ketekunan)



Resensi buku (Buah Ketekunan)

Judul Buku: Buah Ketekunan
Penulis: Naning Chandra
Editor: D Kurniawan
Ilustrator: T Benson
Penerbit: Tiga Ananada
Jenis: Pictbook

Nila Kuda Nil sedang berlatih naik sepeda. Beberapa kali terjatuh, tapi Nila selalu bangkit dan mulai latihan lagi. Teman-teman menertawakan Nila. Untung ada Kakek Jery Jerapah. Kakek Jery mengingatkan para binatang agar tidak menertawakan Nila yang sedang berlatih naik sepeda.

Kakek Jery mau mengadakan lomba naik sepeda. Para binatang riuh bersahutan mendaftar lomba yang memperebutkan sepeda mini itu. Tapi, kenapa Nila tak mau ikut? Apa yang membuat Nila tidak bersemangat? Lalu, siapa yang akhirnya mendapat sepeda mini dari kakek Jery?

Buku cerita yang menonjolkan tentang pentingnya usaha dan berlatih dengan pantang menyerah dalam sebuah pertandingan. Dengan ilustrasi yang menarik di sisi kiri, tulisan di sisi kanan ananda yang baru bisa membaca akan lebih mudah memahami keseluruhan isi cerita. Dibagian akhir, ada kesimpulan inti cerita dan games menarik yang bisa dipecahkan oleh ananda.

Resensi buku (Aku yang Menang)



Resensi buku (Aku yang Menang)

Judul Buku: Aku yang Menang
Penulis: Naning Chandra
Editor: D Kurniawan
Ilustrator: T Benson
Penerbit: Tiga Ananada
Jenis: Pictbook


Jack Kangguru sang juara. Dia selalu menjuarai berbagai macam lomba. Sayangnya, Jack Kangguru sangat sombong. Dia tak punya teman karena sikapnya yang selalu tinggi hati.

Jack Kangguru mendatangi seekor kakek dan cucu gorila yang sedang bermain. Jack ikut campur dalam permainan mereka tanpa diundang. Untungnya, kakek gorila memahami jika Jack Kangguru bersikap demikian karena ingin punya teman. Mereka pun bermain lembar batu, memancing ikan dan balapan sampai ke pohon besar. Anehnya, setiap kalah, Jack Kangguru jadi marah-marah.
“Kalian curang!” seru Jack Kangguru saat mengetahui kakek dan cucu gorila malah berayun dari pohon ke pohon, bukannya berlari. Cucu gorila jadi kesal, karena Jack yang tak diundang marah-marah padanya. Kakek gorila menasihati. Kemarahan Jack adalah bukti kesombongannya. Jack pun menjadi sadar, selama ini dia tak punya teman karena kesombongannya.



Buku cerita yang menonjolkan tentang pentingnya rendah hati. Kesombongan hanya membuat kita dijauhi teman. Dengan ilustrasi yang menarik di sisi kiri, tulisan di sisi kanan ananda yang baru bisa membaca akan lebih mudah memahami keseluruhan isi cerita. Dibagian akhir, ada kesimpulan inti cerita dan games menarik yang bisa dipecahkan oleh ananda.

Resensi buku (Semut Merah dan Semut Hitam)



Resensi buku (Semut Merah dan Semut Hitam)

Judul Buku: Semut Merah dan Semut Hitam
Penulis: Naning Chandra
Editor: D Kurniawan
Ilustrator: T Benson
Penerbit: Tiga Ananada
Jenis: Pictbook


Noni si semut merah heran dengan perilaku teman-temannya yang tak pernah akur. Konon menurut buku ensiklopedia semut, semut merah adalah golongan semut yang selalu saja bertengkar dan mau menang sendiri. Sedangkan semut-semut hitam sangat kompak dan selalu memenangkan pertandingan yang membutuhkan kerjasama tim.

Ketika pesta perayaan musim gugur, ada banyak sekali lomba. Noni kebagian memperkuat lomba lari estafet bersama Tita, Toni dan Toby. Haduh duh duh, Noni kebingungan harus bekerja sama dengan mereka. Bukanya berlatih, mereka malah saling mengolok dan mencari kelemahan satu sama lain. Saat pertandingan kurang dua hari lagi, Noni punya ide untuk menyatukan teman-temannya. Tapi, kenapa mereka malah pergi piknik, membuat istana pasir dan mengumpulkan biji-bijian bersama? Apa yang sebenarnya dilakukan Noni dua hari itu hingga akhirnya tim mereka bisa sangat kompak dan memenangkan pertandingan lari estafet.

Buku cerita yang menonjolkan tentang pentingnya kerjasama dan konsep bersatu untuk mencapai tujuan ini sangat cocok untuk ananda. Dengan ilustrasi yang menarik di sisi kiri, tulisan di sisi kanan ananda yang baru bisa membaca akan lebih mudah memahami keseluruhan isi cerita. Dibagian akhir, ada kesimpulan inti cerita dan games menarik yang bisa dipecahkan oleh ananda.

Resensi Buku Anak - Lomba di Hutan Bambu




Resensi buku (Lomba di Hutan Bambu)

Judul Buku: Lomba di Hutan Bambu
Penulis: Naning Chandra
Editor: D Kurniawan
Ilustrator: T Benson
Penerbit: Tiga Ananada
Jenis: Pictbook


Pampam Panda dan Sam Sigung akan ikut lomba halang rintang di hutan bambu. Leon Singa yang mendengarnya nenertawakan Pampam. “Mana mungkin Pampam menang, coba lihat tubuhnya yang gemuk dan ;amban itu,” seru Leon Singa.

Pampam jadi sedih mendengar perkataan Leon. Namun demikian Pampam tetap ikut lomba halang rintang. Pada akhirnya lomba lari halang rintang itu dimenangkan oleh Pampam Panda.

Bagaimana lomba itu bisa dimenangkan oleh Pampam? Apa yang terjadi pada Leon selama lomba berlangsung? Kenapa Leon yang bisa berlari cepat malah tertinggal jauh di belakang?


Buku cerita ini mengajak ananda mengerti pentingnya berkata bijak dan baik kepada teman. Sesumbar dan kesombongan bisa berakibat buruk bagi dirinya sendiri. Dengan ilustrasi yang menarik di sisi kiri, tulisan di sisi kanan ananda yang baru bisa membaca akan lebih mudah memahami keseluruhan isi cerita. Dibagian akhir, ada kesimpulan inti cerita dan games menarik yang bisa dipecahkan oleh ananda.

Kamis, 31 Maret 2016

Pameran Kostum / Di Muat di Bobo No 50 / Tanggal 17 Maret 2016

Pameran Kostum
Ari Saptarini


      “Bun, kata Farel, nanti malam ada pameran kostum di Taman Bianglala,” seru Dodo saat melihat Bundanya pulang kerja.
      “Oh, ada pameran kostum? Lalu?” tanya Bunda sambil menundukkan badan setinggi tubuh Dodo.
     “Dodo mau lihat, Bun!”
     “Tapi, Ayah masih di luar kota, Sayang. Om Deki juga kan sedang sibuk dengan tugas kuliahnya.”  
      Om Deki adalah adik kandung Bunda Dodo. Saat ini, Om Deki sedang melanjutkan kuliah di Jakarta dan tinggal di rumah Dodo.
      “Bunda kan, bisa naik motor?”
     “Eh, tapi Bunda enggak terbiasa naik motor malam hari, Nak,” jawab Bunda.
     “Ya udah deh, Dodo tunggu Om Deki saja.  Mungkin sebentar lagi pulang,” ucap Dodo berlalu sambil memajukan mulutnya. Tapi rupanya, Om Deki tak juga muncul.
       Esok paginya, Dodo tidak melihat Om Deki. Tak seperti biasanya. Kemana ya, Om Deki? tanya Dodo dalam hati.
      “Bunda, memangnya Om Deki pulang jam berapa semalam?”
      “Hmmm, kalau tidak salah sekitar jam sepuluh. Ayo, lekas Dodo minum susunya, kita segera berangkat,” jawab Bunda.
       Sudah tiga hari ini, Om Deki berangkat lebih pagi dan pulang larut malam. Kata Bunda, Om Deki sedang menyelesaikan tugas kuliah. Selama tinggal di rumah , Om Deki sering mengajak Dodo jalan-jalan. Karena Ayah Dodo kerjanya di Bandung dan baru pulang setiap Jumat malam.
      “Kapan Ayah pulang, Bun?” tanya Dodo ketika motor berhenti di halaman sekolah Dodo.
      “Jumat malam, seperti biasa,” jawab Bunda sambil membantu Dodo turun.
       “Nah, Dodo baik-baik di sekolah, ya! Nanti pulang dijemput Mbak Narti seperti biasa,” pesan Bunda sebelum melanjutkan perjalan ke kantor.
       “Do, sudah lihat pameran kostum di Taman Bianglala, belum? Tanya Farel saat istirahat.
       “Enggak ada yang nganter, Rel. Ayahku masih di Bandung. Om Deki sibuk sama tugas kuliah. Kamu udah lihat, Rel?”

      “Iya, semalam aku lihat. Seru banget. Ada yang pakai kostum Superhero, Doraemon, Monster, Naga, dan banyak lagi. Pameran kostumnya masih lama, kok, Do. Kata mama, sampai minggu depan.”
      Dodo pun tak sabar menunggu Sabtu. Karena waktu telepon tadi pagi, Ayah berjanji mau mengajak Dodo ke Taman Bianglala.
      “Asyik…,” pekik Dodo girang saat Bunda bilang Ayah dalam perjalanan pulang.
      “Jadi, besok malam kita bisa ke Taman Bianglala ya, Bun.”
     “Sebaiknya kita doakan Ayah, agar segera sampai dengan selamat di rumah,” ajak Bunda.
      Jumat malam, Dodo melawan rasa kantuknya. Menunggu Ayah pulang di teras rumah. Bunda berulangkali mengingatkan Dodo agar tidur saja. Tapi Dodo tetap bertahan sambil bermain lego.
       Ayah yang ditunggu-tunggu belum juga muncul. Malah Om Deki datang duluan.
“Lho, Do? Belum tidur, kamu?”
“Nunggu ayah pulang, Om.”
“Anginnya kencang di sini. Masuk aja, yuk. Kita tunggu di dalam,” ajak Om Deki.
       Mulanya Dodo menolak. Tapi Om Deki langsung mengeluarkan mainan yang baru dibelinya. Sebuah yoyo yang bisa menyala jika dimainkan.
      “Lihat, Om tadi beli di Taman Bianglala. Dodo bisa cara mainnya enggak?” Om Deki langsung mempraktikkan cara bermain yoyo di hadapan Dodo. Tanpa sadar Dodo sudah berada di dalam kamarnya.
      “Om Deki dari Taman Bianglala?”
      “Iya. Om dan teman-teman kuliah sedang ada tugas di sana. Makanya Om selalu pulang malam sekarang. Maaf, ya, jadi jarang ngajak Dodo main.”
     “Om lihat pameran kostum enggak di sana? Teman-teman Dodo di sekolah banyak yang cerita. Dodo sebenarnya kepingin ke sana, Om.”
      “O, jadi Dodo mau lihat pameran kostum?  Hmmm, kalau gitu sekarang Dodo cuci muka, cuci kaki terus tidur. Besok malam, minta tolong diantar ayah ke sana, ya.”
      “Yup, Terima kasih yoyonya, Om.”
        Pagi hari, Dodo merasa tak enak badan. Kepalanya pusing dan badannya demam. Bunda sudah menyiapkan sarapan dan segelas air putih. Tapi Dodo hanya makan tiga suap nasi.
      “Bun, Dodo capek,” ucap Dodo lirih.
      “Wah, jangan-jangan kamu masuk angin, Do” Bunda bergegas menyiapkan obat.
       “Maafin Ayah ya. Lain kali kau mau tunggu ayah pulang, Dodo main di kamar saja.” Ayah langsung memeluk dan mengangkat Dodo ke tempat tidurnya.  “Sekarang istirahat dulu, biar rencana ke Taman Bianglala nanti malam jadi.”
       Tapi sampai sore, Dodo masih saja demam.
       “Kita ke Taman Bianglalanya Minggu malam saja ya, sayang. Dodo masih perlu istirahat,” saran Ayah.
      Sore itu, Om Deki pulang membawa beberapa teman.
      “Kenalin, Do, ini teman kuliah, Om. Nanti, Om Deki dan teman-teman akan segera berubah,” seru Om Deki bersemangat.
     “Berubah? Maksudnya?” tanya Dodo bingung.
      Tak berapa lama, Dodo girang sampai melupakan pusingnya. Karena Dodo melihat pameran kostum di rumahnya sendiri.
     “Jadi yang di Taman Bianglala itu, Om Deki?”
     “Ayo, Dodo mau foto sama kostum apa? Jangan lupa bayar sebelum foto, ya,” kata Om Deki.
       Malam itu, walau Dodo gagal pergi ke Taman Bianglala karena masuk angin. Tapi Dodo senang bisa foto bersama teman-teman Om Deki yang memakai kostum.

Selesai













Pertunjukan Perdana Dolpi
Ari Saptarini

Dolpi melihat Pino meliuk dan berbelok dengan kecepatan tinggi. Lalu melompat di permukaan dan berdiri dengan ekornya. “Wow, kerennn!” pekik Dolpi dari bangku penonton. Dolpi si Lumba-lumba ingin sekali seperti Pino, temannya. 

Dolpi dan Pino masuk ke kelas pertunjukan tiga tahun lalu. Tapi takdir mereka berbeda, Pino sudah berulang kali tampil di pertunjukan Raja Samudra. Sedangkan Dolpi selalu gagal di ujian akhir. Sehingga dia harus mengulang kelas yang sama hingga tahun ketiga.

“Selamat Pino, kamu semakin hebat!” puji Dolpi saat pertunjukan usai. 
“Terimakasih Dolpi, kamu juga akan bisa sepertiku jika rajin berlatih,” jawab Pino ketika mereka pulang bersama.

“Aku belum bisa memutar tubuhku dengan cepat, padahal ujian tinggal seminggu lagi,” keluh Dolpi. 

“Hmmm, bagaimana kalau kita latihan bersama lusa?” tawar Pino berseri-seri. 
“Setuju,” jawab Dolpi girang. Dolpi tak menyangka, Pino mau meluangkan waktu berlatih bersamanya.

Hari latihan pun tiba. Dolpi dan Pino menuju Taman Terumbu Karang sebagai garis awal, dan mereka akan selesai di dekat Istana Raja Samudra. Jaraknya sekitar sepuluh kilometer. Hari ini mereka akan berlatih berbelok dengan kecepatan tinggi tanpa menabrak karang. 
Berita bahwa Pino si ahli akrobat akan beraksi menyebar ke penjuru samudra. Ikan-ikan kecil dan para kerang menyingkir dari jalur lomba. 

Dolpi dan Pino memulai aksinya, berbelok dengan kecepatan tinggi, lalu berdiri dengan ekor dan berenang terbalik. Penghuni samudra yang menyaksikan tak henti memberi sorakan. 
Diam-diam Dolpi salut dengan Pino yang masih semangat berlatih. Padahal, kemampuannya meliuk dan menukik tak tertandingi. Sedangkan dia? Pantas saja kalau kemampuannya segitu-segitu aja. Itu karena selama ini dia cepat puas dengan hasil yang dicapai. 

Tahun pertama mengikuti kelas pertunjukan, Dolpi sering tertidur saat kelas berlangsung. Tahun kedua, Dolpi mengulang kelas dari awal karena ingin diterima seperti Pino. Pino begitu mudahnya diterima di tahun pertama. Namun saat ujian akhir tahun kedua, Dolpi malah mengundurkan diri karena belum siap. Tahun ketiga ini, Dolpi bertekat untuk lolos ujian akhir. Semua bahan ujian dipersiapkannya dengan baik. Buku teori dan catatan di bacanya kembali satu-satu. Tekatnya bulat untuk berhasil. 

“Hu... hah... hu... hah...,” Dolpi ngos-ngosan. Dia segera meluncur ke permukaan untuk menghirup oksigen dengan paru-parunya. Ah, Pino pasti sudah sampai, pikir Dolpi. Saat menyembul ke permukaan samudra, Dolpi mencoba gerakan yang baru dilatihnya. Mendorong tubuh ke atas permukaan untuk melakukan lompatan di udara. Lalu menjaga keseimbangan berdiri dengan ekornya. 

“Tolong..., tolong!” tiba-tiba terdengar teriakan dari arah belakang. Tapi, kenapa seperti suara Pino? Batin Dolpi.

Benar! Itu Pino, Dolpi bergegas menghampiri sahabatnya. Di sana juga ada dua ekor kura-kura muda. 
Rupanya sirip pino tersangkut terumbu karang. Dolpi berhasil melepaskannya, tapi sirip Pino luka parah. 

“Maafkan aku, karena menyelamatkan kami, temanmu jadi luka parah,” ucap salah satu kura-kura itu ketakutan. 

“Lekas menyingkir! Bau darah akan membuat hiu datang ke sini,” Pino meminta kedua kura-kura muda untuk pergi meninggalkan mereka berdua. 

Dolpi membantu Pino pulang ke rumah dan menghentikan pendarahan di ekor Pino yang tergores. 
Keesokan harinya, Pino meminta Dolpi menggantikannya di pertunjukan yang diadakan Raja Samudra. 
“Lho, aku kan belum lolos ujian akhir? Kenapa kau tidak minta tolong yang lain saja, Pino?”
“Tidak apa, kamu cuma perlu Percaya diri! Itu saja. Semua teknik sudah dikuasai, hanya rasa percaya dirimu yang masih perlu ditingkatkan,” jelas Pino panjang lebar. 
“Tapi aku...,”

“Cobalah sekali ini. Jika kamu berhasil mengalahkan rasa takutmu, Dolpi adalah pemenang.”
Dolpi tak kuasa menolak, apalagi Pino terluka saat berlatih bersamanya kemarin. Diingatnya saat hari ujian akhir tahun lalu, Dolpi mengundurkan diri karena merasa tak siap harus tampil di depan para juri. Tapi besok adalah pertunjukan perdananya, bukan lagi ujian. Aku hanya harus menampilkan yang terbaik seperti saat latihan. Begitu pikir Dolpi. 

Aku siap! Siap, pokoknya harus siap! Dolpi terus menerus mengucapkan kata-kata itu di hati dan pikirannya. Hari ini, dia akan tampil menggantikan Pino. Ekor Pino masih diperban, Dolpi melihatnya di bangku penonton. “Doakan aku ya, Pino!” teriaknya.

Penampilan perdana Dolpi mendapat sambuatan luarbiasa dari penonton. Raja Samudra juga terkesan. Benar kata Pino, ternyata aku bisa! Dolpi jadi tak sabar menunggu Pino sembuh. Saat itu, dia akan berduet dengan Pino dan memberikan penampilan yang paling berkesan untuk semua penonton di samudra ini. 

“Terimakasih Pino, sudah memberiku kesempatan. Kau sahabatku yang paling baik,” bisik Dolpi pelan.


 Cerita ini dimuat di Solo Pos Hari Minggu Tanggal 9 November 2015 



Kiat Menulis Cerita Fiksi

Pertemuan 10 (Rabu, 8 Juni 2022) Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25 Narasumber: Sudomo, S.Pt. Moderator: Sigid Purwo Nugroh...