Jumat, 27 Mei 2022

Gairah Menulis Puisi

Pertemuan 5

Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25

Narasumber: Ibu E. Nurhasanah, M.Pd.

Moderator: Bapak Dail Maruf

 

Pertemuan kelima ini diawali dengan sebuah pantun dari Pak Dail Maruf.

Jalan-jalan ke pasar baru

Tidak lupa membeli topi

Malam ini dapat materi baru

Judulnya Gairah menulis puisi

 

Karena Pak Dail memulainya dengan pantun, ingin rasanya membalas juga dengan pantun.

Adik suka topi bertali

Untuk dipakai di siang hari

Asyik sekali belajar puisi

Ayo semangat meresume materi

 

Kakak suka topi yang biru

Warna biru damai di hati

Satu jam waktu pun berlalu

Saatnya praktik membuat puisi

 

Ibu suka topi yang merah

Dipakai di atas jilbab ungu

Terima kasih untuk ibu Hasanah

Memberikan ilmu baru bagiku.

 

Materi kelima ini disampaikan oleh Ibu E. Nurhasanah, M.Pd. seorang ibu yang aktif membuat puisi di mana saja, berikut adalah biodata pembicara:

 


Puisi = ragam sastra yang terikat : irama matra, rima, bahasa, penyusunan larik dan bait

Puisi dibedakan menjadi puisi lama dan puisi baru.

 

Jenis Puisi Lama:

1.       Mantra

2.       Pantun

3.       Seloka

4.       Talibun

Berikut adalah contoh-contoh puisi lama: 


Struktur Fisik Puisi:

1.       Bentuk (bentuk baris dan bait)

2.       Diksi (pilihan kata yang indah)

3.       Majas (bahasa kias)

4.       Rima (persamaan bunyi)

 

Membuat puisi itu bisa menyampaikan perasaan terdalam yang tak bisa diungkapkan dalam kata-kata. Saat seseorang jatuh cinta, bak seorang pujangga dia bisa merangkai kata-kata puitis untuk sang pujaan hati. Puisi juga karya sastra yang tidak perlu ada alurnya, tak perlu tokoh, dan juga konflik. Puisi sendiri bisa menjadi sarana untuk merelease emosi negatif atau konflik batin seorang penulis dengan kejadian buruk atau traumatis yang dialaminya.

Siswa kelas 2 SD sudah belajar membuat puisi, mereka biasanya membuat puisi sederhana empat baris tentang keluarga, teman, binatang peliharaan, dan tanaman. Puisi juga menjadi karya tulis yang paling mudah diajarkan ke anak SD, karena tidak perlu panjang, cukup dua atau empat baris saja. Jenis puisi baru seperti akrostik juga sangat diminati, karena mereka bisa membuat nama mereka menjadi susunan kalimat yang unik dan seru. Seperti ini contohnya:

 

A – aku seorang yang suka menyendiri

R – ringan tangan dan suka menolong yang membutuhkan

I – inisiatif juga toleran

S – siapa ingin kenal denganku?

A – aku siap menjadi temanmu

P – pasti kalian akan senang berteman denganku

T – tapi apakah kalian tahu?

A – Aku suka menulis sejak waktu kuliah dulu

R – rencana ingin menjadi penulis skenario

I – inilah profesiku kini, seorang guru

N – namanya juga takdir

I – Insyaallah aku bersyukur dengan semua ketentuanNya.

 

Demikian resume singkat pertemuan kelima ini. Semoga menjadi catatan berharga bagiku.

 

Cibinong, 28 Mei 2022 

Ceritaku hari ini semoga bermanfaat untuk orang lain

Kamis, 26 Mei 2022

Menulis Buku dari Karya Ilmiyah


Pertemuan 4

Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25

Narasumber: Noralia Purwa Yunita, M.Pd.

Moderator: Helwiyah

Karya Tulis Ilmiah (KTI) menyimpan banyak sekali hasil penelitian paling aktual. Sayangnya, kebanyakan KTI ini hanya menjadi simpanan di perpustakaan kampus. Dimanfaatkan oleh yunior yang mencari referensi dari skripsi pendahulu-pendahulu mereka. Pernah membuat KTI? Iya, pernah! Tentang keamanan pangan di Badan POM. Lalu, setelah lulus kuliah ... entah bagaimana nasib KTI tersebut.

Malam ini, pertemuan keempat pelatihan menulis PGRI gelombang 25 bersama narasumber Ibu Noralia Purwa Yunita, M.Pd. dimoderatori Ibu Helwiyah menjelaskan tentang proses menerbitkan buku dari karya ilmiah. Tentunya kita harus mengubah bahasa ilmiah menjadi bahasa populer yang nyaman dibaca. Selain itu, kita juga perlu cek dan ricek mengenai sumber referensi dengan cermat. Jangan sampai ketika sudah jadi buku, malah ada pihak lain yang mempermasalahkan buku tersebut karena kasus plagiat.


MENULIS BUKU DARI KTI

Apa sebenarya tujuan membuat buku dari KTI?

1. Lebih bermakna dan bermanfaat

2. Keutungan materi

3. Hasil penelitian akan tersebar luas

4. PAK

 

Lalu, bagaimana cara mengubah KTI menjadi Buku?

1     1. Ubah judul KTI yang terkesan kaku dan ilmiah menjadi judul populer yang menarik dan eye                catching.

       2. Ubah daftar isi

       3. Pada bab I Karya ilmiah yang biasanya menuliskan tentang :

- Rumusan masalah

- tujuan penelitian

- manfaat penelitian

- definisi operasional

- hasil penelitian terkait

Ini semua harus dihapus ketika mengkonversinya menjadi buku

4.   4. Boleh menampilkan grafik tetapi jangan terlalu banyak. grafik yang penting saja. Grafik lain yang tidak ditampilkan, ubah dalam bentuk kalimat. 

      5. Secara kebahasaan dan penyajian, karya ilmiah versi buku haruslah berbeda dengan versi laporan. Susunan dan gaya tulisan bebas terserah penulis, karena setiap penulis memiliki ide dan kreativitas masing-masing sesuai dengan pengalaman dan bahan bacaannya. Semakin literatnya penulis maka akan semakin oke buku yang dia tulis. Hal ini karena membaca, berpikir dan menulis adalah satu rangkaian literasi yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, kita harus mengupayakan agar pembaca memahami isi buku kita secara lengkap, dan mengena apabila menjadi karya ilmiah kita diubah menjadi buku. 

       6. Kaitkan dengan kondisi terkini agar buku kita lebih mengikuti jaman.

       7. Daftar pustaka boleh menggunakan blog namun situs blog resmi seperti Kemendikbud.go.id, Jurnal        ilmiah, e book, atau karya ilmiah lainnya. Namun, hindari menggunakan daftar pustaka berupa blog      pribadi dengan domain blogspot, wordpress, dan lain sebagainya.

      8. Berikanlah ulasan mengenai kelebihan dan kelemahan penelitian yang anda lakukan agar pembaca        yakin bahwa anda benar-benar telah melakukan penelitian tersebut. 

      9. Karya ilmiah versi buku minimal 70 halaman format A5 dengan  huruf, jenis huruf, dan margin            disesuaikan Dengan aturan Penerbit. 

         Narasumber memberikan contoh perbedaan daftar isi skripsi saya dengan daftar isi skripsi setelah           menjadi buku.

 



Demikian resume singkat pertemuan keempat ini.

 

Cibinong, 26 Mei 2022 


Ceritaku hari ini semoga bermanfaat untuk orang lain

Senin, 23 Mei 2022

Rahasia Mudah Menulis dan Menerbitkan Buku untuk Berprestasi

Pertemuan 3

Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25

Narasumber Ibu Rita Wati, S.Kom.

Moderator Ibu Rosminiyati

Hari ini banyak sekali tamu di kantor! Sebagai penyelenggara, saya berusaha menyambut seluruh tamu dari berbagai pelosok negeri tersebut dengan senyum ceria dan bersahabat. Mulai dari mempersiapkan penginapan mereka, memastikan makan siang dan snacknya aman, juga memastikan agar para pembicara bisa menyampaikan materi dengan mulus tanpa hambatan. Tanpa disadari, padatnya aktivitas hari ini membuat pikiran jenuh.

Pertemuan ketiga ini saya ikuti dalam kondisi kejenuhan tingkat tinggi (capek), berharap kegiatan menulis ini menjadi proses healing dan pikiran akan kembali segar setelahnya. Judul materi ketiga ini adalah Rahasia Mudah Menulis dan Menerbitkan Buku untuk Berprestasi.

Menulis itu mudah? Iya, memang mudah, memulainya kan yang susah?

Menerbitkan buku itu mudah? Sebenarnya bukan perkara mudahnya menerbitkan buku, lalu kita menggampangkan prosesnya. Sebagai penulis, haruslah bertanggung jawab dengan buah pena yang dihasilkannya. Apalagi jika buku tersebut akan beredar di khalayak luas. Tetap harus ada studi pustaka, memastikan jika tulisannya bukan hasil copas, melewati proses editing, revisi, dan layout agar buku yang dihasilkan eye catching.

Kalau kita sekedar ingin menerbitkan karya tulis anak-anak di sekolah dalam bentuk buku antologi, banyak sekali penerbit indi yang bisa mewujudkannya. Atau, jika ada kolega yang punya kemampuan desain, layout, dan editing, tinggal bawa ke percetakan saja, jadilah buku antologi. Buku kumpulan tulisan siswa di sekolah tidaklah perlu didaftarkan ke ISBN, kenapa?

Karena Internasional Standar Book Number (ISBN) adalah kode unik buku yang sifatnya internasional, jika jangkauan buku yang akan terbit hanya selingkar sekolah, kampus, yayasan, organisai, atau komunitas, ngapain juga pakai ISBN?

Kembali ke resume pelatihan ketiga hari ini, masalah yang dihadapi penulis diantaranya: Buntu ide, miskin kosakata, sulit merangkai kata, menunda, bingung mau menulis apa dan dari mana mulanya, tidak PD, merasa tulisannya tidak layak baca. Sebenarnya ini semua ada disaya malam ini, dalam kondisi capek banget! Wkwkwk.

Materi malam ini juga membahas tentang kaidah dasar penulisan yang perlu diperhatikan agar tulisan kita jadi layak baca:

1.       Penggunaan huruf besar dan kecil

2.       Paragraf kurang dari 10 kalimat atau jika menulis di blog 5-7 baris saja

3.       Penggunaan tanda baca

4.       Penggunaan kata baku

5.       Penggunaan kata tidak efektif

6.       Istilah asing yang keliru

7.       Penggunaan kata depan di (dipisah atau disambung?)


Nah, setelah materi disampaikan, berikutnya adalah proses tanya jawab dengan pembicara. Jujur ... saya sangat kagum degan rekan-rekan yang terlibat dalam Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25, cepat sekali menyelesaikan resumenya, wow!

Cibinong, 23 Mei 2022 

Ceritaku hari ini semoga bermanfaat untuk orang lain

Minggu, 22 Mei 2022

Menjadikan Menulis Sebagai Passion



Pertemuan 2
Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25 
Narasumber Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd. 
Moderator Ibu Widya Setianingsih

Syukurlah, di pertemuan kedua ini saya sudah lebih prepare waktu agar tidak telat. Setelah sholat isya, siap-siap menyimak materi dari Bunda Sri Sugiastuti. Seorang penulis yang sangat produktif di usianya sekarang. Beliau sempat vakum menulis selama 25 tahun, dan semangat menulisnya kembali bangkit saat melanjutkan pendidikan pascasarjana. Wow, 25 tahun itu tidak sebentar dan Bu Sri sangat menginspirasi saya dengan semangatnya yang luar biasa. 

Beliau memaparkan tentang kendala dan hambatan yang sering muncul saat menulis, lalu kita harus ingat kembali apa niat awal kita menjadi penulis, dan memotivasi diri sendiri agar kembali ke jalan menulis. Bagi saya, yang namanya passion itu bisa hilang timbul. Saya meyakini punya passion di bidang menulis sejak di bangku kuliah, saat menulis menjadi healing dan refreshing disela rutinitas kampus yang padat. Apalagi, tulisan saya sering mendapat apresiasi positif dari rekan-rekan kala itu. Jadilah semacam candu! Jujur ... senang rasanya saat ada yang menantikan kelanjutan cerita pendek yang kita buat di majalah kampus. Namun, ketika ada passion lain yang lebih menarik maka passion menulis seakan permisi dulu. Apakah ini karena terlalu banyak passion? Entahlah. 

Baru setengah perjalanan mengikuti materi dari bu Sri, tetangga satu blok mengajak kumpul makan bakso di rumah bu Iwan. Duh, bagaimana ini? Mana hujan deras banget saat itu, hangatnya kuah bakso jadi muncul di angan-angan. Lanjut makan bakso sambil membawa handphone, niatnya tetap menyimak materi bu Sri, apa daya obrolan tetangga tentang rencana liburan bersama mengalihkan perhatian saya dari handphone. Bagi saya, begitulah gambaran passion yang hilang timbul itu. Ketika ada passion lain yang lebih menarik, contohnya camping bareng, passion menulis pun tetiba menemui jalan buntu (hiatus/jeda/gap/ketidakhadiran sementara). 

Bagaimana agar membuat passion menulis tetap menyala dalam dada? Komitmen! Harus ada komitmen diri untuk berjuang. Bergabung dengan komunitas ini adalah salah satu ikhtiarnya (Aamiin). 

Berikut adalah sedikit resume dari materi Ibu Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd.
1. Langkah-langkah menjadi penulis yang baik: Baca, diskusi, lihat dan rasakan, sosialisasi.
2. Proses menerbitkan buku melalui tahap draft naskah, edit, revisi, baru publikasi. 
Selain dua materi di atas, bu Sri juga menyampaikan mengenai tahap menulis mulai dari: 
1. Mencari ide
2. Menentukan tujuan, genre, dan segmen pembaca
3. Topik 
4. Membuat outline 
5. Mengumpulkan bahan materi

Sekali lagi, materi di atas hanya sekedar teori, yang utama adalah praktik menulis itu sendiri. Saya seringkali mengikuti kelas menulis, dan dari semua kelas yang diikuti intinya sama, action saat ini juga! Materi Bu Sri sangat menggugah karena berdasar pengalaman hidupnya menjalani proses menulis hingga menghasilkan pundi-pundi rupiah dari royalti. Semoga saya mampu menyelesaikan kelas Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25 ini dengan sungguh-sungguh.

Cibinong, 22 Mei 2022 


Ceritaku hari ini semoga bermanfaat untuk orang lain

Rabu, 18 Mei 2022

Karyaku: Buku Cerita Literasi IHF


Mbah Marijan adalah yang terpikirkan saat membuat cerita ini. Peristiwa erupsi Merapi kala itu tetiba terlintas begitu saja. 
Salam untuk Kaliurang, Yogya, dan semua kenangan seru saat Bulik @trihandarini41 ngajakin ponakan-ponakannya jalan-jalan menyusuri jejak-jejak erupsi Merapi. 



Buku ini lahir karena inspirasi saat anak-anak mudik ke kampung halaman. Dua moda transportasi tradisional ini selalu ingin dicoba sekedar jalan-jalan ke pasar. 

Ceritaku hari ini semoga bermanfaat untuk orang lain

Gerbong KAI Ekonomi, Bisnis, dan Eksekutif? Apa bedanya?

Kursi Gerbong Eksekutif

Kursi Gerbong Bisnis, Bisa di Putar

Kursi Gerbong Bisnis

Kursi Gerbong Ekonomi

Gerbong Ekonomi KAI

Saat berkunjung dengan jarak dekat, menggunakan kereta gerbon ekonomi sebenarnya cukup nyaman. Apalagi dengan kondisi gerbong yang longgar dan tidak banyak penumpang. Kalian bisa duduk di manapun kursi kosong. Tapi, jika kondisi ramai, menggunakan gerbong ekonomi harus berbagi dan bersenggolan kaki dengan penumpang lain yang ada di hadapan kita. Model kursinya adalah berhadapan empat dan enam penumpang. Harus tahu diri dan mengerti privasi orang lain jika kalian menggunakan tipe ekonomi. 

Menggunakan gerbong bisnis, bedanya adalah... kursi bisa di putar 180 derajat menghadap ke bagian lain, jika bepergian ramai-ramai kalian bisa mengubah/mensetting tempat duduk agar berhadapan. Bedanya dengan ekonomi, kalau ekonomi kursinya tetap/ajeg dan tidak dapat di putar. 

Gerbong eksekutif sudah pastilah paling nyaman, semua kursinya tidak ada yang berhadapan, semua menghadap ke satu sisi depan, lebih empuk, dan ada sandaran kaki di bagian bawah. Silakan pilih mana yang sesuai kantong masing-masing.



Ceritaku hari ini semoga bermanfaat untuk orang lain

Bertemu Bunda PAUD Kebumen yang Ramah






Sebelum pulang, kami diundang berkunjung ke kediaman Ibu Bupati Kebumen. Masyaallah beliau sangat welcome dan menjamu kami dengan hidangan khas Kebumen yang selalu teringat di lidah, sate ambal. Esoknya kami juga diajak berkunjung ke tempat pemandian air panas Krakal yang bisa menghilangkan pegal-pegal karena 4 hari berturut-turut mengikuti kegiatan ini. Pegal langsung hilang, badan kembali segar. Kapan lagi ya bisa ke Krakal? 

Ceritaku hari ini semoga bermanfaat untuk orang lain

Kiat Menulis Cerita Fiksi

Pertemuan 10 (Rabu, 8 Juni 2022) Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25 Narasumber: Sudomo, S.Pt. Moderator: Sigid Purwo Nugroh...