Ari Saptarini
“Ini dia tempat Pakde Faisal
bekerja,” jelas Mama.
“KPBS,” Dodo membaca sekilas
plang nama di depannya. Papa menghentikan mobil.
“Kita sudah sampai
Pengalengan, Pa?”
“Iya, di sinilah Aa Udin
tinggal, Do.”
Pantas saja, Aa Udin selalu
kepanasan kalau berkunjung ke Jakarta. Pengalengan sangat dingin. Dodo langsung
menyambar jaket di jok mobil, lalu memakainya.
Pakde Faisal menyambut
kedatangan Dodo dan keluarga dengan sukacita. Mereka langsung ke perumahan
karyawan, tak jauh dari lokasi.
“Hai, Do!” sapa Aa Udin
begitu kami sampai.
Sore hari, Aa udin mengajak
Dodo ikut dengan truk tangki pengangkut susu. Katanya, ada kursi kosong di
sebelah sopir.
Wah, ternyata truk yang
dinaiki Dodo mengambil susu segar yang sudah dikumpulkan di titik-titik
tertentu. Di sana ada petugas yang mencatat. Dodo girang bukan main. Ini kali
pertama dia naik truk. Pemandangan Pengalengan juga sangat indah. Ada hamparan
kebun teh dan Danau.
Setelah mengambil susu di
beberapa lokasi, truk tangki kembali ke tempat pengolahan susu. Dengan selang
besar, susu dari tangki dialirkan ke dalam bak penampung untuk dimasak. Lalu dikirim
ke pabrik susu di Jakarta dan Bandung.
“Wow, ini benar-benar susu
murni,” pekik Dodo.
Dengan alasan kebersihan, mereka
tidak diijinkan memasuki lokasi pabrik lebih jauh lagi. Aa Udin mengajak Dodo
jalan-jalan ke lingkungan sekitar. Ternyata hampir semua rumah memelihara sapi
perah. Pantas saja, Pengalengan terkenal sebagai penghasil Susu terbesar di
Indonesia.
Dodo berkenalan dengan teman
Aa Udin. Oji namanya. Oji sedang membantu ayahnya memerah susu. Susu sapi di
perah pagi dan sore. Ternyata, proses untuk mendapatkan susu sangat panjang. Segelas
susu selalu tersaji di Meja sebelum Dodo berangkat sekolah. Sejak itu, Dodo
berjanji akan meminum susu yang dibuatkan Mama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar