Kamis, 31 Maret 2016

Pertunjukan Perdana Dolpi
Ari Saptarini

Dolpi melihat Pino meliuk dan berbelok dengan kecepatan tinggi. Lalu melompat di permukaan dan berdiri dengan ekornya. “Wow, kerennn!” pekik Dolpi dari bangku penonton. Dolpi si Lumba-lumba ingin sekali seperti Pino, temannya. 

Dolpi dan Pino masuk ke kelas pertunjukan tiga tahun lalu. Tapi takdir mereka berbeda, Pino sudah berulang kali tampil di pertunjukan Raja Samudra. Sedangkan Dolpi selalu gagal di ujian akhir. Sehingga dia harus mengulang kelas yang sama hingga tahun ketiga.

“Selamat Pino, kamu semakin hebat!” puji Dolpi saat pertunjukan usai. 
“Terimakasih Dolpi, kamu juga akan bisa sepertiku jika rajin berlatih,” jawab Pino ketika mereka pulang bersama.

“Aku belum bisa memutar tubuhku dengan cepat, padahal ujian tinggal seminggu lagi,” keluh Dolpi. 

“Hmmm, bagaimana kalau kita latihan bersama lusa?” tawar Pino berseri-seri. 
“Setuju,” jawab Dolpi girang. Dolpi tak menyangka, Pino mau meluangkan waktu berlatih bersamanya.

Hari latihan pun tiba. Dolpi dan Pino menuju Taman Terumbu Karang sebagai garis awal, dan mereka akan selesai di dekat Istana Raja Samudra. Jaraknya sekitar sepuluh kilometer. Hari ini mereka akan berlatih berbelok dengan kecepatan tinggi tanpa menabrak karang. 
Berita bahwa Pino si ahli akrobat akan beraksi menyebar ke penjuru samudra. Ikan-ikan kecil dan para kerang menyingkir dari jalur lomba. 

Dolpi dan Pino memulai aksinya, berbelok dengan kecepatan tinggi, lalu berdiri dengan ekor dan berenang terbalik. Penghuni samudra yang menyaksikan tak henti memberi sorakan. 
Diam-diam Dolpi salut dengan Pino yang masih semangat berlatih. Padahal, kemampuannya meliuk dan menukik tak tertandingi. Sedangkan dia? Pantas saja kalau kemampuannya segitu-segitu aja. Itu karena selama ini dia cepat puas dengan hasil yang dicapai. 

Tahun pertama mengikuti kelas pertunjukan, Dolpi sering tertidur saat kelas berlangsung. Tahun kedua, Dolpi mengulang kelas dari awal karena ingin diterima seperti Pino. Pino begitu mudahnya diterima di tahun pertama. Namun saat ujian akhir tahun kedua, Dolpi malah mengundurkan diri karena belum siap. Tahun ketiga ini, Dolpi bertekat untuk lolos ujian akhir. Semua bahan ujian dipersiapkannya dengan baik. Buku teori dan catatan di bacanya kembali satu-satu. Tekatnya bulat untuk berhasil. 

“Hu... hah... hu... hah...,” Dolpi ngos-ngosan. Dia segera meluncur ke permukaan untuk menghirup oksigen dengan paru-parunya. Ah, Pino pasti sudah sampai, pikir Dolpi. Saat menyembul ke permukaan samudra, Dolpi mencoba gerakan yang baru dilatihnya. Mendorong tubuh ke atas permukaan untuk melakukan lompatan di udara. Lalu menjaga keseimbangan berdiri dengan ekornya. 

“Tolong..., tolong!” tiba-tiba terdengar teriakan dari arah belakang. Tapi, kenapa seperti suara Pino? Batin Dolpi.

Benar! Itu Pino, Dolpi bergegas menghampiri sahabatnya. Di sana juga ada dua ekor kura-kura muda. 
Rupanya sirip pino tersangkut terumbu karang. Dolpi berhasil melepaskannya, tapi sirip Pino luka parah. 

“Maafkan aku, karena menyelamatkan kami, temanmu jadi luka parah,” ucap salah satu kura-kura itu ketakutan. 

“Lekas menyingkir! Bau darah akan membuat hiu datang ke sini,” Pino meminta kedua kura-kura muda untuk pergi meninggalkan mereka berdua. 

Dolpi membantu Pino pulang ke rumah dan menghentikan pendarahan di ekor Pino yang tergores. 
Keesokan harinya, Pino meminta Dolpi menggantikannya di pertunjukan yang diadakan Raja Samudra. 
“Lho, aku kan belum lolos ujian akhir? Kenapa kau tidak minta tolong yang lain saja, Pino?”
“Tidak apa, kamu cuma perlu Percaya diri! Itu saja. Semua teknik sudah dikuasai, hanya rasa percaya dirimu yang masih perlu ditingkatkan,” jelas Pino panjang lebar. 
“Tapi aku...,”

“Cobalah sekali ini. Jika kamu berhasil mengalahkan rasa takutmu, Dolpi adalah pemenang.”
Dolpi tak kuasa menolak, apalagi Pino terluka saat berlatih bersamanya kemarin. Diingatnya saat hari ujian akhir tahun lalu, Dolpi mengundurkan diri karena merasa tak siap harus tampil di depan para juri. Tapi besok adalah pertunjukan perdananya, bukan lagi ujian. Aku hanya harus menampilkan yang terbaik seperti saat latihan. Begitu pikir Dolpi. 

Aku siap! Siap, pokoknya harus siap! Dolpi terus menerus mengucapkan kata-kata itu di hati dan pikirannya. Hari ini, dia akan tampil menggantikan Pino. Ekor Pino masih diperban, Dolpi melihatnya di bangku penonton. “Doakan aku ya, Pino!” teriaknya.

Penampilan perdana Dolpi mendapat sambuatan luarbiasa dari penonton. Raja Samudra juga terkesan. Benar kata Pino, ternyata aku bisa! Dolpi jadi tak sabar menunggu Pino sembuh. Saat itu, dia akan berduet dengan Pino dan memberikan penampilan yang paling berkesan untuk semua penonton di samudra ini. 

“Terimakasih Pino, sudah memberiku kesempatan. Kau sahabatku yang paling baik,” bisik Dolpi pelan.


 Cerita ini dimuat di Solo Pos Hari Minggu Tanggal 9 November 2015 



Minggu, 06 September 2015

Resensi Buku Anak _ Keluhan Sepatu Yang Tak Pernah Mandi

Judul: Keluhan Sepatu Yang Tak Pernah Mandi
Judul Buku: Pembalasan Sepatu Biru
Penulis: Nabila Anwar
Illustrator: InnerChild Studio
Penerbit: Tiga Serangkai Solo
Jumlah Halaman: 36 Halaman Picture Book
Cetakan I: Agustus 2015


Sepatu Biru merasa malu, di rak sepatu sekolah dia dijauhi teman-teman sepatu. Ini karena mukanya yang dekil dan bau. Pantas saja, si empunya tak pernah mencucinya sejak sepatu itu dibeli dari toko. Sepatu biru selalu diperlakukan tak baik, seperti untuk melempar kucing, diinjak ban sepeda, dibiarkan kehujanan dan basah. 

Resume Buku_Ketika Kaos Kaki Bersembunyi

Judul: Ketika Kaos Kaki Bersembunyi
Judul Buku: Sst, Ayo Sembunyi
Penulis: Nabila Anwar
Illustrator: InnerChild Studio
Penerbit: Tiga Serangkai Solo
Jumlah Halaman: 36 Halaman Picture Book
Cetakan I: Agustus 2015

Sania selalu meletakkan kaus kakinya di sembarang tempat. Akhirnya dia kebingungan sendiri saat memerlukan kaus kaki itu untuk latihan Badminton. Kak Reno, Kimi adiknya, Ayah dan Bunda berulang kali mengingatkan Sania agar meletakkan kaus kaki di dalam sepatu, di rak atau langsung di ember. Tapi, tetap saja masih di bawah Meja Makan.
“Hei Ho..., kita disini,” kata kaus kaki kiri. “Biar saja, sekali-kali aku ingin istirahat,” kata kaus kaki kanan. (Halaman 29). Akhirnya sepasang kaus kaki itu sepakat untuk sembunyi dari Sania. Setelah lelah mencari, hari itu Sania pergi ke latihan Badminton tanpa kaus kakinya.

Resume Buku Anak _ Ketika Tas Sekolah Bercerita


Judul Buku: Hei, Aw, Kreek!
Penulis: Nabila Anwar
Illustrator: InnerChild Studio
Penerbit: Tiga Serangkai Solo
Jumlah Halaman: 36 Halaman Picture Book
Cetakan I: Agustus 2015


Tas merah hati selalu was-was tiap hari. Bagas selalu menjadikan tas merahnya itu benda-benda lain. “Helikopter! Serangan laba-laba terbang! Senjata melawan moster bayangan! Tuh kan, kelakuan Bagas menjadikanku seperti tumpukan kain perca saja. Aku tidak suka! Bermain seperti tadi membuatku pusing, gatal dan sakit. “Krek,” dan benar saja, aku robek di bagian depan. Buku dan alat tulis Bags Pun berhamburan keluar. 

Sabtu, 05 September 2015

PANTUN PUASA

Ari Saptarini 

Si Ujang datang membawa Nangka
Nangka disimpan dalam karung
Ayo silaturahim ke tetangga
Sebelum kita pulang kampung

Nangka matang harum baunya
Si Adik tergoda untuk makan
Paling nikmat waktu berbuka
Kumpul keluarga di kampung halaman

Belajar puasa setengah hari
Sekuat tenaga Adik bertahan
Banyak saudara panjang rizki
Itulah berkah Bulan Ramadhan

APE Sederhana Dari Jepit Jemuran Warna Warni


Oleh: Ari Saptarini


Benda berukuran mungil yang ada di sekitar kita, tanpa kita tahu memiliki fungsi lain selain fungsi utamanya. Contohnya adalah jepit jemuran warna-warni. Siapa yang sangka, benda sepele dengan harga murah meriah ini bisa dijadikan mainan edukatif yang bisa merangsang motorik halus balita. Tak kalah dengan Alat Permainan Edukatif lainnya yang dijual dengan harga selangit. Motorik halus Balita perlu dilatih, karena penting untuk persiapan menulis. Menulis perlu Otot tangan yang kuat. Hal tersebut perlu stimulus dari luar. Beberapa cara menstimulus motorik halus adalah dengan membuka tutup jepit jemuran, menyemprot dengan botol semprot, latihan menggunting dan lain-lain.

Resume Buku Anak _ TINY PIE

Gajah Kecil Yang Belajar Membuat Pie di sarang Tikus
Penulis: Mark Bailey And Michael Oatman
Illustrator: Edward Hemingway
Penerjemah: Yashintha Vita Wahyuningsih
Penerbit: ANDI
Jumlah Halaman: 30 Halaman
Cetakan I: Tahun 2013

Ellie si gajah kecil terjebak dalam pesta orang dewasa. Saat perut Ellie merasa lapar, tak ada yang bisa dilakukannya. Mama dan Papa meminta Ellie untuk tidur karena sudah larut. Begitu laparnya Ellie, akhirnya dia mencari makanan sampai dapur.
Dari lubang kecil di dinding dapur, Ellie melihat ada kerumunan tikus yang sedang shooting program memasak untuk sebuah televisi. Ellie pun menggunakan panca inderanya untuk mengetahui yang dilakukan para tikus kecil itu. Matanya mengintip lubang kecil, dia melihat Sang koki telah memipihkan adonan. Telinganya mendengar apel yang dipotong. Hidungnya mencium mentega yang meleleh. Tangannya yang bulat dan kecil meraih Pai Mini yang matang, Hmmm siap disantap.
Sangat seru pesta di dapur, karena semua bisa merasakan Pai Mini. Tiba-tiba, Ellie ditemukan oleh Mama dan Papanya tertidur pulas di samping lubang kecil di dinding dapur. Apakah tadi hanya angan-angan Ellie?
Oiya, di buku ini ada juga resep membuat Pai Apel Mini lho, bisa dipraktikkan dengan Mama di rumah.

Kiat Menulis Cerita Fiksi

Pertemuan 10 (Rabu, 8 Juni 2022) Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25 Narasumber: Sudomo, S.Pt. Moderator: Sigid Purwo Nugroh...