Sabtu, 05 September 2015

APE Sederhana Dari Jepit Jemuran Warna Warni


Oleh: Ari Saptarini


Benda berukuran mungil yang ada di sekitar kita, tanpa kita tahu memiliki fungsi lain selain fungsi utamanya. Contohnya adalah jepit jemuran warna-warni. Siapa yang sangka, benda sepele dengan harga murah meriah ini bisa dijadikan mainan edukatif yang bisa merangsang motorik halus balita. Tak kalah dengan Alat Permainan Edukatif lainnya yang dijual dengan harga selangit. Motorik halus Balita perlu dilatih, karena penting untuk persiapan menulis. Menulis perlu Otot tangan yang kuat. Hal tersebut perlu stimulus dari luar. Beberapa cara menstimulus motorik halus adalah dengan membuka tutup jepit jemuran, menyemprot dengan botol semprot, latihan menggunting dan lain-lain.


Ok, kali ini kita akan bahas khusus tentang jepit jemuran. Kita kesampingkan dulu benda-benda lainnya yang juga punya fungsi serupa.

Apa saja yang bisa kita lakukan dengan jepit jemuran?

  1. Melatih Motorik Halus
    Hanya dengan membuka tutup jepit jemuran saja, anak sudah mengolahragakan tangannya untuk meperkuat otot. Di toko, satu set jepit jemuran kualitas standar hanya seharga Rp 10.000 (dapat sekitar dua puluh buah). Bunda bisa menyimpannya di dalam kotak khusus atau dus yang bisa diakses sewaktu-waktu. Lumayan kan, Bunda jadi bisa tenang masak di dapur sementara ananda bermain sendiri dengan jepit jemurannya. Masalah dia mau memasangnya di mana, kita lihat saja dulu. Kalau aman, biarkan ananda bereksplorasi dengan lingkungan rumahnya. Asal jangan ekor si Empus yang dipasang jepit jemuran. Bisa-bisa ananda di cakar nanti. Bisa repot urusannya.
  2. Mengenal Warna
    Di usianya yang baru 2-3 tahun, ananda mulai mengenal warna. Pengalaman dengan kedua anak saya, di usia 2 tahun mereka sudah bisa menyebutkan beberapa warna dasar. Catat, ya hanya kenal warna. Tapi, mereka belum bisa membedakan atau mengepaskan warna dengan wujudnya. Misal dia kenal nama warna kuning. Maka setiap ditanya dinding rumahnya warna apa? Bajunya warna apa? Langitnya warna apa? Pasti jawabanya cuma satu “Kuning.” Semakin banyak kosakata warna dipahaminya, dia mulai menyebutkan nama warna lain, tapi tentu saja masih kurang pas. Misal, bajunya warna biru, tapi ananda menjawabnya merah. Lantai putih, dijawabnya hijau. Atau dinding kuning di jawabnya biru. Hihi.... Tenang bunda, memang begitulah prosesnya.
    Pertama dia mengenal satu nama warna, lalu jadi beberapa kosakata warna. Nah di sini titik kritisnya, jika bunda rajin menstimulus ananda dengan memperlihatkan benda lalu menyebutkan warnanya, dia akan semakin cepat menguasai warna yang tepat.
    Jepit jemuran warna-warni ini menjadi menarik, karena selain bisa berlatih motorik halus, ananda sekalian bisa menyebutkan warna yang berbeda. Satu set kalau tidak salah ada lima warna (bisa juga lebih)
  1. Mengenal Matematika Dasar (membilang)
    Dalam ilmu matematika, menguasai konsep adalah lebih utama (setidaknya ini menurut saya). Diharapkan dengan konsep dasar yang kuat, ananda bisa menyelesaikan berbagai jenis tantangan soal. Termasuk soal-soal cerita yang high order thingking skill sekalipun. Makanya Ibu guru PAUD kita seharusnya mengajarkan matematika dasar dengan benda kongrit dulu. Tak penting bagaimana anak bisa membuat angka 2 tanpa terbalik di usia ini. Jujur, saya geregetan sendiri melihat seorang ibu yang memarahi anaknya gara-gara selalu terbalik saat membuat angka 6. Padahal anaknya baru 3.5 tahun. Akhirnya anak itu hanya dilatih bagaimana membuat angka 6 dengan benar. Bagi saya, memahamkan konsep bilangan dengan benda kongrit lebih pas untuk ananda yang baru 3-4 tahun. Adapun cara menulis lambang bilangan agaknya bisa kita tunda sampai ananda benar-benar terlatih tangannya untuk membuat angka delapan yang meliuk-liuk.
    Jepit jemuran ini pas sekali untuk proses membilang. Satu, dua, tiga, empat, lima... . Tak usah banyak-banyak. Sampai 5 dulu saja untuk tahap awal. Benda lain yang biasa digunakan untuk proses membilang ini contohnya adalah kancing baju (kiloan)
    Kelebihan jepit jemuran di banding kancing baju adalah karena bentuknya yang lebih besar dan permukaannya yang kasar. Di sisi lain, kancing punya kelebihan karena bentuknya bisa bermacam-macam dan bisa dimasukkan ke lubang kecil (melatih konsentrasi dan ketepatan). Insyaallah pembahasan tentang kancing untuk akan saya sampaikan di lain waktu.
    Bermain membilang dengan jepit jemuran bisa dikombinasikan dengan hanger. Lalu di hanger tersebut kita tenmpelkan lambang bilangannya. Jadilah ananda berlatih membilang sekaligus mengenal lambang bilangannya. Tanpa jungkirbalik mengajarkan dia menulis angka lima tanpa terbalik.
  2. Pengelompokan
    Pengelompokan juga termasuk konsep dasar dalam matematika. Mengelompokkan benda berdasarkan warna, ukuran, bentuk, dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari, jika ananda menguasai dengan baik konsep pengelompokkan ini, dia akan lebih rapi menyimpan barang dan mainannya. Wah, kalau buku cerita di gabung dengan buku cerita, mainan kecil di pisah dengan mainan berukuran besar, lego dipisah dengan puzzle, kebayangkan betapa rapinya rumah kita? Tanpa perlu kita turun tangan, ananda sudah bisa menyimpan dan mengelompokkan sendiri benda menurut jenis dan ukurannya. Tentu saja kita perlu melatih dan memvasilitasi tempatnya. Misalnya lemari plastik dengan laci khusus untuk mainan dan barang pribadi ananda, atau rak mainan.
    Dengan jepit jemuran, kita bisa mengajarkan konsep pengelompokkan berdasarkan warna. “Ayo Nak, kita pasang jepit yang hijau saja,” lalu ananda akan tertantang untuk mencari warna hijau dan memasangnya pada hanger yang sudah kita siapkan.
    Jika ada yang menjual piring plastik kecil aneka warna, bisa juga untuk menambah koleksi APE sederhana di rumah. Belilah piring plastik itu sesuai warna jepit jemuran. Sampai rumah, mintalah ananda meletakkan jepit dengan warna tertentu ke piring plastik dengan warna yang sama. Jika ada jepit warna hijau ke piring plastik warna oranye, kita bisa memotivasi ananda untuk lebih teliti lagi. “Ayo, Ichi lebih teliti ya pisahin ikannya,” begitu biasanya putri kecilku bermain. Kenapa ikan? Karena dia senang sekali memasukkan jepit jemuran itu ke dalam plastik kiloan, lalu diberi air dan diikat. Jadilah dia penjual ikan “Ikan, ikan, beli, beli....”
  1. Pola
Pola diperlukan agar kita bisa mengatur kegiatan harian, bulanan atau tahunan. Contohnya setiap pagi, rutinitas ananda adalah mandi, pakai seragam, sarapan lalu pakai kaos kaki, ambil tas dan berangkat ke sekolah. Jadi konsep dasar penguasaan pola, sangat terpakai dalam kehidupan sehari-hari kelak dikemudian hari. Sampai sekarang pun, tentunya bunda sangat akrab dengan pola harian ini. Bersih-bersih rumah, nyalain mesin cuci, buat sarapan, nyuapin anak, jemur baju yang sudah dikeringkan, lalu belanja di tukang sayur, masak, nyuci piring, baru mandi (eh?) ketahuan deh, kalau libur, suka mandi di rapel di siang hari. Si sulung saya ajarkan untuk punya pola setiap pulang sekolah. Meletakkan baju kotor di ember, simpan buku pelajaran dan tas di tempatnya, lihat jadwal esok hari, lalu cuci kotak bekal dan tempat minumnya (Ini pola pulang sekolah). Kalau pola pagi hari bangun, Sholat Subuh, mandi, pakai baju, sarapan, minum susu, pakai kaos kaki, sepatu dan siap berangkat. Alhamdulillah Si Sulung sudang mengetahui pola itu dan menguasainya dengan baik. Di awal kelas sekolah, proses pengenalan pola ini bisa dengan cara praktek sama-sama dan di tulis. Tulisan ini di tempel di depat tempat tidur ananda. Lumayan juga sih, kalau sudah bisa jalan sendiri. Yang pasti, julukan kita Ibu cerewet bisa berkurang, hehe....
lalu, bagaimana mengajarkan pola dengan jepit jemuran?
Ajak anak bermain pola warna: kuning, hijau, oranye, biru, merah, lalu mulai dengan kuning, hijau, oranye, biru, merah dan seterusnya. Jika anak sudah mahir pola tunggal. Silakan latih dengan variasi pola. Misal 3 jepit kuning, 5 jepit biru, 1 hijau dan seterusnya.
  1. Kreativitas
    Kreativitas tak perlu diragukan perannya dalam hidup kita. Segala hal perlu kreativitas. Dalam pekerjaan, dalam menata ruang keluarga, di dapur, halaman dan cara menangani anak pun kita perlu kreativitas. Dengan pemikiran kreatif, akan memunculkan ide-ide baru yang unik dan bisa menyelesaikan masalah-masalah yang muncul.
    Jepit jemuran bisa menggantikan mainan Lego (yang harganya tentu jauh lebih mahal). Anak sulung saya sudah membuktikan bisa membuat gedung bertingkat, menara, belalai gajah, mangkok hias, ikan, dan lain-lain.
    Memang sih, tak semirip gedung yang bahannya dari lego. Tapi, jepit jemuran jauh lebih unik karena bisa membentuk bangunan runcing.
  1. Bermain Peran
    Bermain peran akan mengasah kemampuan komunikasi dan sosialisasi ananda. Kemampuan bahasa semakin berkembang dengan penguasaan kosakata yang banyak. Sebelum bermain peran, beri contoh terlebih dahulu. Lalu biarkan anak bereksplorasi sendiri mau memerankan apa. Mau menjadi penjual ikan? Dengan memasukkan jepit jemuran ke dalam plastik bening.
    Menjadi penjual gorengan, tinggal siapkan wajan dan penjepit buaya (penjepit yang biasa dipakai tukang kue). Pekerja salon juga bisa. Dan bermain peran yang lain-lainnya. Silakan Bunda kreasikan sendiri.
    Selamat mencoba Bunda....
    Salam

Tidak ada komentar:

Kiat Menulis Cerita Fiksi

Pertemuan 10 (Rabu, 8 Juni 2022) Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25 Narasumber: Sudomo, S.Pt. Moderator: Sigid Purwo Nugroh...