Sabtu, 15 Juni 2019

CERNAK : KONSER MINI


Konser Mini
Oleh : Ari Saptarini


Jam pelajaran kedua, sebelum bel istirahat berbunyi.

“Hei…, hei teman-teman! Yuk kumpul di sini, kita diskusi,” ucap Andi kepada teman-teman sekelasnya.

Bu Indri mengawasi gerak gerik siswa kelas tiga, penuh tanda tanya, sembari merapikan berkas dan buku di meja kerjanya, mencuri dengar obrolan Andi dan beberapa siswa.

“Kita minta ijin ke bu Indri aja,” pendapat Sari, diamini yang lain.

“Bu, kita mau mengadakan konser mini di kelas, panitianya kita sendiri, boleh kan, Bu?”

“Konser mini?  kegiatannya seperti apa?” tanya bu Indri.

“Kita mau bernyanyi, Bu, menirukan lagu dari komputer,” jawab Andi.

“Lagunya bu Indri cek dulu ya, sesuai dengan anak SD atau lagu dewasa,” lanjut Bu Indri.

Bu Indri mencari lagu yang disebutkan siswanya menggunakan jasa mesin pencari di internet, satu lagu dengan tema dewasa di coret, kertas berisi data lagu yang akan dinyanyikan dikembalikan ke Andi.

“Yang Ibu coret di kertas itu, artinya belum sesuai dengan usia kalian, coba cari yang lain.”

“Ngomong-ngomong, kalian punya ide untuk mengadakan konser mini dari siapa?” tanya bu Indri di jam pelajaran berikutnya, setelah istirahat.

“Dari kakakku, Bu! Kemarin anak SMP juga mengadakan konser mini untuk mencari dana” Esa menimpali, menceritakan panjang lebar tentang kakak perempuannya yang menampilkan gerak dan lagu, mengumpulkan dana untuk kunjungan ke tempat wisata.

“Oh…, oke! pesan bu Indri satu, jika kalian sungguh-sungguh dan serius mengarap acaranya, InsyaAllah akan bu Indri bantu, semoga sukses!”

Berbekal ilmu membuat undangan saat pelajaran Bahasa Indonesia, siswa perempuan membuat undangan konser kelas tiga, sederhana. Suatu kebanggaan melihat siswanya belajar tak hanya dari teori di buku saja, tapi praktek langsung dengan ide kreatif mereka. Bu Indri tersenyum di balik meja kerjanya.

Keesokan harinya, 
Bu Indri beristirahat di ruang guru, sambil menikmati teh manisnya, di bawah kipas angin yang berputar pada tombol maksimal, waktu istirahatnya tersita, dikerumuni guru kelas lain yang kebingungan dengan konser mini kelas tiga.

“Bu, siswa kelas tiga itu…, mereka membagikan lembaran-lembaran kertas HVS bertuliskan nominal uang seribu rupiah dan dijual ke adik kelasnya,” kata Bu Ratna. “Mereka bilang itu tiket konser.”

“Kelas tiga mau mengadakan acara apa, Bu? kok beritanya belum kami dengar?” ucap para guru silih berganti.

“Hah, mereka menjual tiket?” bu Indri terkejut dan bergegas menuju ruang kelas tiga.

Dua siswi perempuan sedang menawarkan kertas HVS, kepada adik kelas dua.

“Sari, sini sebentar!” panggil bu Indri.

“Kok pakai tiket segala konsernya?” di ruang guru, bu Indri minta penjelasan dari beberapa siswa.

Mengadakan konser mini, memang sudah disetujui, tapi, menjadikannya tempat mencari keuntungan? tunggu dulu! Ada yang harus dibicarakan segala hal yang berkaitan dengan rupiah.

Kesimpulan dari diskusi siang itu, bahwa uang yang sudah dibayarkan sebagai tiket menonton konser harus dikembalikan.

“Bu Indri mengijinkan kalian untuk membuat acara sendiri, yang kalian sebut konser mini, tapi tolong, acara itu tidak untuk kepentingan mencari untung.”

Raut kecewa terlihat di mata para siswa.

Hari konser pun tiba, tak ada inisiatif dari Andi dan teman-temannya untuk meminta bantuan. Bu Indri mengawasi siswa yang lalulalang di depan matanya.

“Andi! Konser mininya hari ini bukan? Jam istirahat pertama? Kok sepi?”

“Batal bu, diundur Hari Senin minggu depan.” Andi terlihat kecewa.

Saat hari yang direncanakan, beberapa siswa perempuan sakit dan persiapan konser mini pun tertunda. 

Bu Indri ceramah panjang lebar untuk tetap memunculkan semangat siswa-siswinya,

“Ide kalian hebat! luar biasa, saat kelas tiga SD dulu, bu Indri sama sekali tak terlintas untuk mengadakan acara sendiri, semuanya masih di atur dan direncanakan oleh guru bu Indri.”

“Kepanitiaan, yang sudah kalian praktikkan itu, bu Indri baru mengenalnya ketika SMP”

Senin pagi,

Dengan bantuan guru kelas yang sangat mengerti dan memahami siswanya, acara mini konser pun berlangsung tertib dan seru. Bu Indri tersenyum sambil mengamati kelakuan siswanya yang luar biasa.

Lima belas menit berlalu tak terasa, konser usai, Andi mewakili teman-temannya menyerahkan amplop berisi beberapa lembar uang ribuan ke gurunya.

“Bu, ini uang tiket konser mini, kami sumbangkan ke kotak empati kelas tiga saja. Semoga bermanfaat untuk korban bencana.” Andi menyerahkan amplop di meja.

“Jadi, adik-adik kelas yang menonton tadi, mereka bayar?” bu Indri bertanya dengan nada tegas.

“Tapikan uangnya untuk korban bencana, Bu!” tegas Andi.

Bu Indri mematung dengan raut wajah tegas di depan Andi, namun tersenyum semakin lebar di hatinya.

-Selesai-



CERNAK : SAYEMBARA RATU DALVINA


Sayembara Ratu Dalvina
Ari Saptarini

Ratu Peri Dalvina akan mengadakan sayembara. Barang siapa yang bisa membawakannya Bunga Edelweis akan mendapat kesempatan berendam di kolam nektar istana.
Kabarnya, para peri yang berkesempatan berendam di kolam tersebut akan jadi awet muda dan hidup lebih lama. Seperti Ratu Dalvina yang sampai kini masih terlihat muda.
Ratu Dalvina mengadakan sayembara ini tiap tahun. Saat Bunga Edelweis bermekaran di dataran tinggi. Sari Bunga Edelweis itulah, bahan utama kolam nektar, tempat berendam Sang Ratu.
Saat sayembara tersiar, Peri Lili dan peri-peri lain berdatangan ke istana. Ada limapuluh pendaftar yang akan mengikuti sayembara. Mereka harus siap menghadapi tantangan di dataran tinggi. Termasuk Peri Lili dan sahabat baiknya, Peri Olivia. Ada juga Peri Siofra, Saingan terberat Peri Lili yang pernah memenangkan sayembara Ratu Dalvina, tahun sebelumnya.
“Kenapa kalian ikut sayembara ini, sih?” ucap peri Siofra sinis, “Jangan-jangan…, kalian hanya mengikutiku,” lanjutnya.
“Semua peri yang memenuhi syarat bisa ikut serta, Siofra! Kami juga berhak dapat kesempatan itu,” jawab Peri Lili yang tak suka dengan sikap arogan Peri Siofra.
“Sayembara ini pasti akan kumenangkan, kalian lebih baik menyerah! Karena tantangan yang akan dihadapi sangat berat,” ucap Peri Siofra.
“Kami akan berusaha dan mengerahkan kekuatan, kami pasti jadi saingat terberatmu, Siofra!” Tantang Peri Olivia sambil menarik Lili untuk menjauh dari Siofra yang sombong.
“Lihat saja besok, kalian akan kembali tanpa hasil,” teriak Siofra dari kejauhan.
“Jangan dengarkan dia, Lili. Sebaiknya kita gunakan waktu yang tersisa, malam nanti untuk istirahat.”
---***---

“Hoaaaheeemmm…,” Peri Lili membuka mata sembari melihat sinar mentari yang sudah menyembul di ufuk timur.
‘Wah, semoga belum terlambat.’
Peri Lili bangun kesiangan, karena semalam masih saja memikirkan cara memenangkan sayembara. Padahal sudah diingatkan oleh Olivia, agar tidur nyenyak.
Peri Siofra datang paling pagi, lalu berdatangan peri-peri lain termasuk Lili dan Olivia.
“Bagaimana kamu bisa menang, bangun pagi saja kesiangan,” sindir Peri Siofra kepada Peri Lili yang baru datang.
Perjalanan panjang pun dimulai, peserta sayembara terbang dengan rute yang berbeda menuju kawasan dataran tinggi.
Tak mudah memang menuju dataran tinggi, tempat Bunga Edelweis itu bermekaran. Para peri harus melewati jalan berliku dengan berbagai tantangan.
Baru setengah perjalanan, ujian berupa angin topan harus mereka hadapi. Angin yang berputar itu membuat para peri ikut berputar-putar ke atas, dan terpental ke tanah. Ujian ini menggugurkan setengah dari peserta. Lili bersyukur bisa berpegangan erat pada batang pohon.
Ujian kedua berupa asap beracun yang keluar dari kawah di sekitar dataran tinggi. Para peserta harus putar haluan untuk menghindari asap tersebut. Namun, Lili memilih jalan lurus, berjalan kaki. Tak mudah bagi peri sepertinya untuk jalan kaki. Karena harus berjinjit dengan resiko sayap robek tersangkut ranting pohon.
Ada lima peserta yang memilih untuk jalan kaki, yang lain putar haluan menghindari asap. Bagi peserta yang putar haluan, mereka perlu waktu lebih lama untuk sampai ke lokasi taman Bunga Edelweis. Lili melihat Olivia juga masih bertahan.
Tak berapa lama, awan mendung datang, lalu hujan membasahi kawasan dataran tinggi. Kabut pun mulai turun, gelap. Peri-peri yang berjalan dengan memegangi sayap mereka agar tak tergores ranting pun panik mencari perlindungan.
Dari kejauhan, Lili melihat jamur kayu yang besar dan lebar di antara batang pohon tumbang. Lili bergegas menuju jamur tersebut dan berlindung di bawahnya. Hujan semakin deras, disertai angin dan halilintar.
Lili menggigil kedinginan di bawah jamur kayu yang melindunginya.
‘Siofra?’ pekik Lili yang melihat sayap Peri Siofra tersangkut di ranting pohon tumbang, tak jauh dari tempatnya berada.
‘Apakah aku harus menolong Siofra?’ gumam Lili.
Tanpa memikirkan siapa pemenang sayembara nanti, Lili menghampiri Siofra yang kesulitan menarik sayapnya. Disingkirkannya ranting-ranting yang menghalangi jalan. Peri Siofra pun bebas dan bisa bergerak kembali. Lili menarik Siofra untuk berlindung di bawah rumah jamur.
“Kenapa kau menolongku?”
“Kau pemenang sayembara sebelumnya, tak seharusnya gagal, gara-gara sayapmu tak berfungsi.”
“Sayapku robek, aku tak bisa menggunakannya untuk terbang hari ini. Sudahlah, aku pasrah. Jika kau ingin melanjutkan, silakan, Lili.”
“Masih jauhkah dari sini, Siofra?” Tanya Lili tiba-tiba. “Bagaimana kalau kita kerjasama?”
“Kau jadi penunjuk arah, aku yang mengambil bunga Edelweis itu.”
Akhirnya, dengan panduan arah dari Peri Siofra, Lili dengan cepat menemukan taman Bunga Edelweis. Tak sabar, Lili ingin segera menghadiahkan bunga-bunga Edelweis untuk Ratu Dalvina.
Ratu Dalvina memberikan penghargaan untuk Peri Lili yang telah membawakannya Bunga Edelweis segar.
“Baginda Ratu, yang mulia. Saya bisa mengetahui taman Edelweis dengan cepat, karena bantuan Peri Siofra,” ucap Peri Lili sambil menarik napas. “Apakah hadiah berendam di kolam nektar bisa untuk kami berdua?” lanjutnya.
Peri Siofra terharu mendengar permohonan Peri Lili, sejak saat itu Peri Siofra tak pernah lagi tinggi hati.

Selesai









Top of Form
Bottom of Form


Rabu, 22 Mei 2019

KREATIVITAS APE DARI POM POM (BENANG WOOL)




Ceritaku hari ini semoga bermanfaat untuk orang lain

KREATIVITAS APE DARI TUTUP BOTOL BEKAS

Doc. Pinterest









Doc. Pinterest 











 Doc. Pinterest









Doc. Pinterest













 Doc. Pinterest








 Doc. Pinterest












 Doc. Pinterest









 Doc. Pinterest









 Doc. Pinterest






Doc. Pinterest







Doc. Pinterest















Doc. Pinterest







Doc. Pinterest






Doc. Pinterest







Doc. Pinterest








Doc. Pinterest










Doc. Pinterest



Doc. Pinterest

Kiat Menulis Cerita Fiksi

Pertemuan 10 (Rabu, 8 Juni 2022) Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25 Narasumber: Sudomo, S.Pt. Moderator: Sigid Purwo Nugroh...