Senin, 23 Mei 2022

Rahasia Mudah Menulis dan Menerbitkan Buku untuk Berprestasi

Pertemuan 3

Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25

Narasumber Ibu Rita Wati, S.Kom.

Moderator Ibu Rosminiyati

Hari ini banyak sekali tamu di kantor! Sebagai penyelenggara, saya berusaha menyambut seluruh tamu dari berbagai pelosok negeri tersebut dengan senyum ceria dan bersahabat. Mulai dari mempersiapkan penginapan mereka, memastikan makan siang dan snacknya aman, juga memastikan agar para pembicara bisa menyampaikan materi dengan mulus tanpa hambatan. Tanpa disadari, padatnya aktivitas hari ini membuat pikiran jenuh.

Pertemuan ketiga ini saya ikuti dalam kondisi kejenuhan tingkat tinggi (capek), berharap kegiatan menulis ini menjadi proses healing dan pikiran akan kembali segar setelahnya. Judul materi ketiga ini adalah Rahasia Mudah Menulis dan Menerbitkan Buku untuk Berprestasi.

Menulis itu mudah? Iya, memang mudah, memulainya kan yang susah?

Menerbitkan buku itu mudah? Sebenarnya bukan perkara mudahnya menerbitkan buku, lalu kita menggampangkan prosesnya. Sebagai penulis, haruslah bertanggung jawab dengan buah pena yang dihasilkannya. Apalagi jika buku tersebut akan beredar di khalayak luas. Tetap harus ada studi pustaka, memastikan jika tulisannya bukan hasil copas, melewati proses editing, revisi, dan layout agar buku yang dihasilkan eye catching.

Kalau kita sekedar ingin menerbitkan karya tulis anak-anak di sekolah dalam bentuk buku antologi, banyak sekali penerbit indi yang bisa mewujudkannya. Atau, jika ada kolega yang punya kemampuan desain, layout, dan editing, tinggal bawa ke percetakan saja, jadilah buku antologi. Buku kumpulan tulisan siswa di sekolah tidaklah perlu didaftarkan ke ISBN, kenapa?

Karena Internasional Standar Book Number (ISBN) adalah kode unik buku yang sifatnya internasional, jika jangkauan buku yang akan terbit hanya selingkar sekolah, kampus, yayasan, organisai, atau komunitas, ngapain juga pakai ISBN?

Kembali ke resume pelatihan ketiga hari ini, masalah yang dihadapi penulis diantaranya: Buntu ide, miskin kosakata, sulit merangkai kata, menunda, bingung mau menulis apa dan dari mana mulanya, tidak PD, merasa tulisannya tidak layak baca. Sebenarnya ini semua ada disaya malam ini, dalam kondisi capek banget! Wkwkwk.

Materi malam ini juga membahas tentang kaidah dasar penulisan yang perlu diperhatikan agar tulisan kita jadi layak baca:

1.       Penggunaan huruf besar dan kecil

2.       Paragraf kurang dari 10 kalimat atau jika menulis di blog 5-7 baris saja

3.       Penggunaan tanda baca

4.       Penggunaan kata baku

5.       Penggunaan kata tidak efektif

6.       Istilah asing yang keliru

7.       Penggunaan kata depan di (dipisah atau disambung?)


Nah, setelah materi disampaikan, berikutnya adalah proses tanya jawab dengan pembicara. Jujur ... saya sangat kagum degan rekan-rekan yang terlibat dalam Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25, cepat sekali menyelesaikan resumenya, wow!

Cibinong, 23 Mei 2022 

Ceritaku hari ini semoga bermanfaat untuk orang lain

Minggu, 22 Mei 2022

Menjadikan Menulis Sebagai Passion



Pertemuan 2
Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25 
Narasumber Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd. 
Moderator Ibu Widya Setianingsih

Syukurlah, di pertemuan kedua ini saya sudah lebih prepare waktu agar tidak telat. Setelah sholat isya, siap-siap menyimak materi dari Bunda Sri Sugiastuti. Seorang penulis yang sangat produktif di usianya sekarang. Beliau sempat vakum menulis selama 25 tahun, dan semangat menulisnya kembali bangkit saat melanjutkan pendidikan pascasarjana. Wow, 25 tahun itu tidak sebentar dan Bu Sri sangat menginspirasi saya dengan semangatnya yang luar biasa. 

Beliau memaparkan tentang kendala dan hambatan yang sering muncul saat menulis, lalu kita harus ingat kembali apa niat awal kita menjadi penulis, dan memotivasi diri sendiri agar kembali ke jalan menulis. Bagi saya, yang namanya passion itu bisa hilang timbul. Saya meyakini punya passion di bidang menulis sejak di bangku kuliah, saat menulis menjadi healing dan refreshing disela rutinitas kampus yang padat. Apalagi, tulisan saya sering mendapat apresiasi positif dari rekan-rekan kala itu. Jadilah semacam candu! Jujur ... senang rasanya saat ada yang menantikan kelanjutan cerita pendek yang kita buat di majalah kampus. Namun, ketika ada passion lain yang lebih menarik maka passion menulis seakan permisi dulu. Apakah ini karena terlalu banyak passion? Entahlah. 

Baru setengah perjalanan mengikuti materi dari bu Sri, tetangga satu blok mengajak kumpul makan bakso di rumah bu Iwan. Duh, bagaimana ini? Mana hujan deras banget saat itu, hangatnya kuah bakso jadi muncul di angan-angan. Lanjut makan bakso sambil membawa handphone, niatnya tetap menyimak materi bu Sri, apa daya obrolan tetangga tentang rencana liburan bersama mengalihkan perhatian saya dari handphone. Bagi saya, begitulah gambaran passion yang hilang timbul itu. Ketika ada passion lain yang lebih menarik, contohnya camping bareng, passion menulis pun tetiba menemui jalan buntu (hiatus/jeda/gap/ketidakhadiran sementara). 

Bagaimana agar membuat passion menulis tetap menyala dalam dada? Komitmen! Harus ada komitmen diri untuk berjuang. Bergabung dengan komunitas ini adalah salah satu ikhtiarnya (Aamiin). 

Berikut adalah sedikit resume dari materi Ibu Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd.
1. Langkah-langkah menjadi penulis yang baik: Baca, diskusi, lihat dan rasakan, sosialisasi.
2. Proses menerbitkan buku melalui tahap draft naskah, edit, revisi, baru publikasi. 
Selain dua materi di atas, bu Sri juga menyampaikan mengenai tahap menulis mulai dari: 
1. Mencari ide
2. Menentukan tujuan, genre, dan segmen pembaca
3. Topik 
4. Membuat outline 
5. Mengumpulkan bahan materi

Sekali lagi, materi di atas hanya sekedar teori, yang utama adalah praktik menulis itu sendiri. Saya seringkali mengikuti kelas menulis, dan dari semua kelas yang diikuti intinya sama, action saat ini juga! Materi Bu Sri sangat menggugah karena berdasar pengalaman hidupnya menjalani proses menulis hingga menghasilkan pundi-pundi rupiah dari royalti. Semoga saya mampu menyelesaikan kelas Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25 ini dengan sungguh-sungguh.

Cibinong, 22 Mei 2022 


Ceritaku hari ini semoga bermanfaat untuk orang lain

Rabu, 18 Mei 2022

Karyaku: Buku Cerita Literasi IHF


Mbah Marijan adalah yang terpikirkan saat membuat cerita ini. Peristiwa erupsi Merapi kala itu tetiba terlintas begitu saja. 
Salam untuk Kaliurang, Yogya, dan semua kenangan seru saat Bulik @trihandarini41 ngajakin ponakan-ponakannya jalan-jalan menyusuri jejak-jejak erupsi Merapi. 



Buku ini lahir karena inspirasi saat anak-anak mudik ke kampung halaman. Dua moda transportasi tradisional ini selalu ingin dicoba sekedar jalan-jalan ke pasar. 

Ceritaku hari ini semoga bermanfaat untuk orang lain

Gerbong KAI Ekonomi, Bisnis, dan Eksekutif? Apa bedanya?

Kursi Gerbong Eksekutif

Kursi Gerbong Bisnis, Bisa di Putar

Kursi Gerbong Bisnis

Kursi Gerbong Ekonomi

Gerbong Ekonomi KAI

Saat berkunjung dengan jarak dekat, menggunakan kereta gerbon ekonomi sebenarnya cukup nyaman. Apalagi dengan kondisi gerbong yang longgar dan tidak banyak penumpang. Kalian bisa duduk di manapun kursi kosong. Tapi, jika kondisi ramai, menggunakan gerbong ekonomi harus berbagi dan bersenggolan kaki dengan penumpang lain yang ada di hadapan kita. Model kursinya adalah berhadapan empat dan enam penumpang. Harus tahu diri dan mengerti privasi orang lain jika kalian menggunakan tipe ekonomi. 

Menggunakan gerbong bisnis, bedanya adalah... kursi bisa di putar 180 derajat menghadap ke bagian lain, jika bepergian ramai-ramai kalian bisa mengubah/mensetting tempat duduk agar berhadapan. Bedanya dengan ekonomi, kalau ekonomi kursinya tetap/ajeg dan tidak dapat di putar. 

Gerbong eksekutif sudah pastilah paling nyaman, semua kursinya tidak ada yang berhadapan, semua menghadap ke satu sisi depan, lebih empuk, dan ada sandaran kaki di bagian bawah. Silakan pilih mana yang sesuai kantong masing-masing.



Ceritaku hari ini semoga bermanfaat untuk orang lain

Bertemu Bunda PAUD Kebumen yang Ramah






Sebelum pulang, kami diundang berkunjung ke kediaman Ibu Bupati Kebumen. Masyaallah beliau sangat welcome dan menjamu kami dengan hidangan khas Kebumen yang selalu teringat di lidah, sate ambal. Esoknya kami juga diajak berkunjung ke tempat pemandian air panas Krakal yang bisa menghilangkan pegal-pegal karena 4 hari berturut-turut mengikuti kegiatan ini. Pegal langsung hilang, badan kembali segar. Kapan lagi ya bisa ke Krakal? 

Ceritaku hari ini semoga bermanfaat untuk orang lain

Pelatihan Guru PAUD di Aula Hotel Mexolie Kebumen











Walau sempat tertunda selama 2 tahun, akhirnya pelatihan ini berjalan dengan peserta yang sangat antusias. Walaupun masih berbau pandemi, pelatihan tetap berjalan dengan aman dan terkendali. Dihadiri Bupati, bunda PAUD, dan kepala dinas pendidikan Kab Kebumen, serta Bapak dari Kantor Kemenang wilayah Jawa Tengah yang kebetulan sedang berkunjung ke Kebumen. Alhamdulillah bisa bergabung dengan tim Kebumen yang luas biasa. 


Ceritaku hari ini semoga bermanfaat untuk orang lain

PKL di Pabrik Pengolahan Susu Sapi

Cerita: Ari Saptarini


“Wah, cantiknya anggrek ungu itu, Na” Risa kagum melihat bunga anggrek di halaman pabrik mekar sempurna hingga matanya membola.

“Alah, paling karena warnanya ungu kau jadi ingin memetiknya, kan?” sahut Nana.

“Hehe, tau aja! Boleh dipetik enggak ya, Na?”

“Eh, jangan! Kita jangan asal petik di sini. Jangan merusak alam! Ingat film KKN di Desa penari, tu jangan sembarangan kita di desa orang.”

Nana tak habis pikir sama sahabatnya yang hobby banget mengkumpulkan benda-benda berwarna ungu itu. Sampai-sampai kamar Risa penuh dengan benda tak penting seperti keset, cangkir, piring, termos, jam dinding, dan lain-lain. Tak hanya satu Risa mengkoleksinya, tapi dua, tiga, bahkan empat.

“Masa di kamar tidur sekecil ini ada 4 jam dinding?” protes Nana saat Risa membeli jam dinding ke empat, hanya karena warnanya ungu.

Risa dan Nana saat ini sedang menjalankan kegiatan PKL di sebuah pabrik susu, mereka mendapat tugas dari kampus selama 3 bulan. Dan ini baru minggu pertama mereka menjalaninya.

“Pagi, Bu!” sapa Risa saat memasuki ruang kantor administrasi. Di sudut meja sudah ada Bu Selly yang sedang memeriksa sample susu yang datang dari peternak.

“Sini ... sini! Katanya mau lihat uji fisik dan kimia susu sapi,” panggil bu Shelly.

Risa dan Nana segera mengambil kursi lab dan meletakkannya di dekat meja bu Shelly, muka mereka manggut-manggut sambil sesekali mencatat mendengar penjelasan Bu Shelly.

“Eh, kalian besok ikut truk ambil susu di koperasi peternak, ya! Siap-siap jam 03.00 dini hari.”

“Kok pagi banget, bu?” Risa bertanya polos.

“Kalau mengambil ke peternak memang harus pagi, kondisi dingin dan jalanan lengang. Kalau siang hari, susu bisa cepat rusak dalam perjalanan.”

“Oke bu, siap!”

 

Nana dan Risa tak sabar menunggu pagi sampai mereka tak bisa tidur malam itu.

“Tiga jam lagi, nih tanggung banget! Kalau tidur bisa kebabblasan kita, Ris.”

Mereka lalu melanjutkan dengan saling ngobrol, bercerita tentang keseruan di unit masing-masing. Selama seminggu ini Risa ditempatkan di bagian produksi, sedangkan Nana di bagian laboratorium uji fisik dan mikroba susu sapi. Mereka berbicara tentang orang-orang yang baru mereka kenal, dan terkait pekerjaan masing-masing.

Sampai mereka tak sadar tertidur nyenyak hingga subuh.

“Wah gawat, telat kita, Na!” teriak Risa panik saat mendengar azan subuh berkumandang.

 


Ceritaku hari ini semoga bermanfaat untuk orang lain

Kiat Menulis Cerita Fiksi

Pertemuan 10 (Rabu, 8 Juni 2022) Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25 Narasumber: Sudomo, S.Pt. Moderator: Sigid Purwo Nugroh...