Rabu, 18 Mei 2022

Gerbong KAI Ekonomi, Bisnis, dan Eksekutif? Apa bedanya?

Kursi Gerbong Eksekutif

Kursi Gerbong Bisnis, Bisa di Putar

Kursi Gerbong Bisnis

Kursi Gerbong Ekonomi

Gerbong Ekonomi KAI

Saat berkunjung dengan jarak dekat, menggunakan kereta gerbon ekonomi sebenarnya cukup nyaman. Apalagi dengan kondisi gerbong yang longgar dan tidak banyak penumpang. Kalian bisa duduk di manapun kursi kosong. Tapi, jika kondisi ramai, menggunakan gerbong ekonomi harus berbagi dan bersenggolan kaki dengan penumpang lain yang ada di hadapan kita. Model kursinya adalah berhadapan empat dan enam penumpang. Harus tahu diri dan mengerti privasi orang lain jika kalian menggunakan tipe ekonomi. 

Menggunakan gerbong bisnis, bedanya adalah... kursi bisa di putar 180 derajat menghadap ke bagian lain, jika bepergian ramai-ramai kalian bisa mengubah/mensetting tempat duduk agar berhadapan. Bedanya dengan ekonomi, kalau ekonomi kursinya tetap/ajeg dan tidak dapat di putar. 

Gerbong eksekutif sudah pastilah paling nyaman, semua kursinya tidak ada yang berhadapan, semua menghadap ke satu sisi depan, lebih empuk, dan ada sandaran kaki di bagian bawah. Silakan pilih mana yang sesuai kantong masing-masing.



Ceritaku hari ini semoga bermanfaat untuk orang lain

Bertemu Bunda PAUD Kebumen yang Ramah






Sebelum pulang, kami diundang berkunjung ke kediaman Ibu Bupati Kebumen. Masyaallah beliau sangat welcome dan menjamu kami dengan hidangan khas Kebumen yang selalu teringat di lidah, sate ambal. Esoknya kami juga diajak berkunjung ke tempat pemandian air panas Krakal yang bisa menghilangkan pegal-pegal karena 4 hari berturut-turut mengikuti kegiatan ini. Pegal langsung hilang, badan kembali segar. Kapan lagi ya bisa ke Krakal? 

Ceritaku hari ini semoga bermanfaat untuk orang lain

Pelatihan Guru PAUD di Aula Hotel Mexolie Kebumen











Walau sempat tertunda selama 2 tahun, akhirnya pelatihan ini berjalan dengan peserta yang sangat antusias. Walaupun masih berbau pandemi, pelatihan tetap berjalan dengan aman dan terkendali. Dihadiri Bupati, bunda PAUD, dan kepala dinas pendidikan Kab Kebumen, serta Bapak dari Kantor Kemenang wilayah Jawa Tengah yang kebetulan sedang berkunjung ke Kebumen. Alhamdulillah bisa bergabung dengan tim Kebumen yang luas biasa. 


Ceritaku hari ini semoga bermanfaat untuk orang lain

PKL di Pabrik Pengolahan Susu Sapi

Cerita: Ari Saptarini


“Wah, cantiknya anggrek ungu itu, Na” Risa kagum melihat bunga anggrek di halaman pabrik mekar sempurna hingga matanya membola.

“Alah, paling karena warnanya ungu kau jadi ingin memetiknya, kan?” sahut Nana.

“Hehe, tau aja! Boleh dipetik enggak ya, Na?”

“Eh, jangan! Kita jangan asal petik di sini. Jangan merusak alam! Ingat film KKN di Desa penari, tu jangan sembarangan kita di desa orang.”

Nana tak habis pikir sama sahabatnya yang hobby banget mengkumpulkan benda-benda berwarna ungu itu. Sampai-sampai kamar Risa penuh dengan benda tak penting seperti keset, cangkir, piring, termos, jam dinding, dan lain-lain. Tak hanya satu Risa mengkoleksinya, tapi dua, tiga, bahkan empat.

“Masa di kamar tidur sekecil ini ada 4 jam dinding?” protes Nana saat Risa membeli jam dinding ke empat, hanya karena warnanya ungu.

Risa dan Nana saat ini sedang menjalankan kegiatan PKL di sebuah pabrik susu, mereka mendapat tugas dari kampus selama 3 bulan. Dan ini baru minggu pertama mereka menjalaninya.

“Pagi, Bu!” sapa Risa saat memasuki ruang kantor administrasi. Di sudut meja sudah ada Bu Selly yang sedang memeriksa sample susu yang datang dari peternak.

“Sini ... sini! Katanya mau lihat uji fisik dan kimia susu sapi,” panggil bu Shelly.

Risa dan Nana segera mengambil kursi lab dan meletakkannya di dekat meja bu Shelly, muka mereka manggut-manggut sambil sesekali mencatat mendengar penjelasan Bu Shelly.

“Eh, kalian besok ikut truk ambil susu di koperasi peternak, ya! Siap-siap jam 03.00 dini hari.”

“Kok pagi banget, bu?” Risa bertanya polos.

“Kalau mengambil ke peternak memang harus pagi, kondisi dingin dan jalanan lengang. Kalau siang hari, susu bisa cepat rusak dalam perjalanan.”

“Oke bu, siap!”

 

Nana dan Risa tak sabar menunggu pagi sampai mereka tak bisa tidur malam itu.

“Tiga jam lagi, nih tanggung banget! Kalau tidur bisa kebabblasan kita, Ris.”

Mereka lalu melanjutkan dengan saling ngobrol, bercerita tentang keseruan di unit masing-masing. Selama seminggu ini Risa ditempatkan di bagian produksi, sedangkan Nana di bagian laboratorium uji fisik dan mikroba susu sapi. Mereka berbicara tentang orang-orang yang baru mereka kenal, dan terkait pekerjaan masing-masing.

Sampai mereka tak sadar tertidur nyenyak hingga subuh.

“Wah gawat, telat kita, Na!” teriak Risa panik saat mendengar azan subuh berkumandang.

 


Ceritaku hari ini semoga bermanfaat untuk orang lain

Ide Menulis Bagi Guru - Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gel 25



Pertemuan 1

Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25

Narasumber Bapak Wijaya Kusumah, M.Pd

Moderator Bapak Dail Ma’ruf

 

Alhamdulillah, senang sekali bisa bergabung dengan komunitas guru menulis yang digagas oleh PGRI ini. Seakan menemukan kembali rumah yang terbengkalai dan penuh sarang laba-laba. Saya membuat blog dengan tujuan untuk sharing, berbagi kisah dan pengalaman agar bisa membantu diri saya sendiri dan orang lain tentunya. Sayangnya, blogspot ini vakum karena kurangnya motivasi diri dan minimnya daya dukung lingkungan sekitar. Semoga dengan keikutsertaan saya dikomunitas ini dapat membangkitkan kembali motivasi diri untuk berbagi lewat tulisan.

Betul sekali apa yang disampaikan oleh Pak Wijaya Kusumah, M.Pd, menulis itu perkara kamu mau memulainya. Jika kamu sudah mulai dengan kalimat pertama, niscaya kalimat-kalimat berikutnya akan berseluncur seringan kapas, dengan jari-jari yang lincah menari di atas keyboad. Sekedar info, saya memulai tulisan ini pukul 23.00 karena kelas pertama ini terlewat begitu saja pada jam yang sudah ditentukan. Mohon maaf Pak Moderator, saya telat masuk kelas. Semoga Pak Dail Ma’ruf tetap memberikan kesempatan bagi saya untuk menuliskan rangkuman materi hari ini. Sebagai murid, saya akui saya kurang disiplin pada pertemuan pertama ini (semoga tidak kena hukuman).

Menulis itu bisa dari pengalaman yang dialami sehari-hari atau imajinasi yang hidup dalam pikiran kita. Yups, bener banget. Tahun 2018 lalu saya mengalami kejadian tersangkut duri ikan di tenggorokan (ketulangan), karena sedang semangat-semangatnya berbagi cerita kisah itupun saya tuliskan di blog pribadi ini dan sampai sekarang saya masih sering menerima WA dari orang-orang yang membaca blog saya karena mengalami kejadian serupa. Sengaja waktu itu mencantumkan nomor wa karena sekalian jualan sari jeruk nipis titipan teman. Namun, yang meghubungi saya adalah pasien-pasien dokter THT yang mengalami kejadian serupa, tersangkut duri di tenggorokan atau ketulangan. Panik sih, itu yang saya rasakan saat mengalami kejadian tersebut dan saya sangat bisa berempati kepada teman-teman yang mengalaminya. Tetiba saya pun menjadi motivator dadakan untuk teman-teman yang sedang mengalami ketulangan. Senang sekali tulisan itu bisa membantu dan mencerahkan.

Tulisan dari imajinasi? KKN di Desa penarilah contohnya. Bukti nyata kalau pengalaman dikawinkan dengan imajinasi, akan lahir karya fenomenal. KKN di Desa Penari ditulis oleh seseorang yang menyamarkan namanya menjadi Simpleman (saya yakin orangnya tidak se simple namanya). Siapa yang sangka kumpulan thread twitter itu akan menjadi film yang tak habis-habisnya menjadi perbincangan hangat saat ini, mencetak rekor penonton terbanyak dalam sejarah perfileman horor Indonesia dan dituliskan dalam berbagai versi sudut pandang, wkwkwk. Hari ini saya baru baca versi Pak RT (hahaha).

Dari menulis mendapatkan saldo gopay?

Nah, ini yang saya baru nggeh

Tapi saya tidak mau terlalu berharap, ah. Agar saat saldo gopay tak kunjung datang rasa kecewa itu tak memumuskan semangat menulis yang baru lahir kembali. Pokoknya kita ikuti saja kelas Pelatihan Menulis PGRI ini dengan sungguh-sungguh dan serius.

Menulis di kompasiana? Boleh juga nanti saya coba deh, menurut informasi dari Pak Wijaya Kusumah, jika setiap hari menulis pasti akan ada hasil. Intinya mau mulai dulu lah ya hari ini. Bismillah, semoga tulisan-tulisan ini dapat menjadi rekam jejak yang berharga kelak.  Yuk, kita aminkan bersama-sama.

Satu yang disesalkan akibat datang terlambat di kelas perdana ini adalah: Saya tidak bisa ikutan tantangan membuat cerita dari gambar bunga anggrek warna ungu yang diposting oleh moderator. Hiks...

Cibinong, 18 Mei 2022 

23:47 selesai 

Ceritaku hari ini semoga bermanfaat untuk orang lain

Rabu, 27 Mei 2020

Cernak Realis - Foto Hana


Ari Saptarini


Senin depan, Bu Indah akan melakukan penilaian presentasi. Semua teman sekelas sudah mengumpulkan media untuk presentasi. Namun, Hana belum juga membuatnya.
“Aduh, gimana nih, aku belum bikin media,” bisik Hana.
“Lho, bukannya minggu lalu, Bu Indah sudah mengingatkan,” jawab Sarah
“Iya, aku belum nemu foto bayiku, Sar.”


Hana memutuskan meminta waktu tambahan ke bu Indah.
 “Gimana Han, boleh?” tanya Sarah.
“Bisa, Bu Indah kasih waktu sampai besok.”


Sesampainya di rumah, Hana langsung menelepon Mama.
“Di mana ya, Ma, foto-foto bayiku?”
Tak kunjung ada jawaban dari Mama, Hana kembali memanggil “Halo, Ma?”
“Iya, Maaf, Mama lagi coba mengingat. Sepertinya, Papa yang menyimpan, sayang. Coba Hana tanya ke Papa.”


Foto Dek Maza dipajang di ruang keluarga. Semua orang bisa melihatnya kapanpun. Tapi, foto bayinya? Kenapa disimpan di tempat tersembunyi. Mbok Sum juga tidak tahu di mana.

Setelah menutup pembicaraan telepon dengan Mama, Hana bergegas menelepon Papa.
“Papa simpan di bawah anak tangga. Hana bisa minta bantuan Mbok Sum untuk membukanya,” jawab Papa.


Masa sih, ada ruangan di sini? gumam Hana penasaran. Dia memperhatikan anak tangga satu persatu.

“Mbok Sum…., Ini bisa dibuka?” Hana menunjuk satu-satunya anak tangga yang tertutup dengan lubang kunci.

Hana menerima segepok kunci dari Mbok Sum. Dicobanya satu-satu.
“Ah, syukurlah, yang ini bisa,” Hana merasa lega. Akhirnya laci di bawah anak tangga itu bisa terbuka. Terlihat ada dua album foto.


Mata Hana berkilat-kilat membuka lembar demi lembar.
“Ini pasti Non Hana,” seru Mbok Sum menunjuk sebuah foto.
“Lalu, bayi satunya lagi, siapa ya, Mbok?”
“Mungkin, sepupu Non Hana.”
“Oiya, Kyla.” Hana menyebut satu-satunya sepupu yang seumuran dengannya.


Setelah mandi sore, Hana melihat Mbok Sum bolak-balik dari dapur ke kamar Mama. Tak berapa lama, Papa pulang. Papa terlihat bicara serius dengan Mbok Sum lalu bergegas menuju kamar Mama.


Beberapa menit kemudian, Papa menghampiri Hana.
“Sudah selesai, Hana?”
“Tinggal tempel fotonya, Pa. Tapi, Hana yang mana ya, Pa?” Hana menyodorkan selembar foto.


 “Ini Hana,” Papa menunjuk salah satu foto bayi. “Bayi satunya, dia saudara kembarmu, namanya Hani.”

“Saudara kembar?”

“Iya, sayang. Maaf, jika Papa dan Mama tak cerita sebelumnya. Hani meninggal waktu berusia sebelas bulan. Mama sangat sedih. Makanya, Papa menyimpan foto-foto bayi ini. Agar Mama tidak sedih terus.”
Hana langsung menghampiri dan memeluk Mama di kamar. “Maafkan Hana ya, Ma.”
“Maafin Mama juga, ya, Sayang. Besok Hari Minggu, kita kunjungi makam Hani, yuk,” ajak Mama.

Hari Minggu, Hana berdoa di makam saudara kembarnya. Hana berdoa agar Hani tenang di sana. Hana berjanji akan selalu menyayangi Papa dan Mama.



CERNAK TEMA DAUN PANDAN - Desa Pandanti


Desa Pandanti
Ari Saptarini

“Pindah lagi?” Kei uring-uringan memikirkan harus beradaptasi di lingkungan baru.

“Teman baru, sekolah baru, rumah baru, semua perlu waktu, Ma!” Kei berusaha negosiasi agar pindahnya menunggu Kei lulus SD saja. Toh tinggal setahun lagi, Kei akan lulus SD. Namun ayah tidak setuju, mereka tetap harus ikut pindah ke pulau seberang.

Sebulan kemudian, Kei dan keluarganya sudah menempati rumah baru. Pekerjaan Ayah Kei yang mengharuskan mereka selalu berpindah-pindah rumah. Mereka tinggal di rumah dinas yang jauh dari kota besar.

 “Aduh, Bauuunya!!! Aku mau kembali ke rumah yang dulu!” teriak Kei setiap pagi. Membuat Mama bingung.

Rumah dinas ayah kali ini dekat dengan peternakan sapi. Bau kotoran sapi sampai ke dalam rumah. Kemana-mana Kei menggunakan masker. Rasanya tersiksa saat mengambil napas. Bahkan tidur juga pakai masker. Sampai-sampai Kei sakit karena terus-terusan tidak mau makan.

“Ini bubur mutiara paling enak sedunia, Kei makan, ya” bujuk Mama.

Lama-lama Kei kasihan melihat Mama, “Mama kenapa, sih, tetap sabar tinggal di sini?” padahal kan Mama juga terganggu dengan bau ini”

“Mama berusaha tetap positif, Kei. Saat bangun, memang baunya menyengat, tapi ketika mama mulai masak makanan di dapur, semuanya berubah. Mama hanya bau masakan yang sedap! Makanya Kei bantu Mama masak, dong,” canda Mama.

“Tunggu, Ma. Benar! Mama wangi banget.”
“Ini kali yang wangi.” Mama menyodorkan semangkuk bubur mutiara di hadapan kei.
Kei langsung menghabiskan bubur mutiara sampai tak bersisa.

Ternyata, daun pandan yang menyebabkan dapur mama menjadi wangi. Mama selalu minum rebusan daun pandan setiap hari. Selain bermanfaat untuk kesehatan, daun pandan juga menyebabkan aroma dapur jauh berbeda dengan ruangan lain di rumah.

Suatu hari, Ayah mengajak Kei untuk menanam daun pandan dan bunga melati di sekitar rumah. Mengelilingi rumah, di sepanjang teras dan disepanjang jalanan menuju rumah dinas.

Pandan wangi (Pandanus ammaryllifolius) adalah tanaman perdu yang punya beragam manfaat. Apalagi saat bulan Ramadhan seperti sekarang. Campuran kolak pisang, bubur mutiara dan lain-lain. Semua makanan menjadi lebih beraroma, dengan tambahan sedikit daun pandan.

Bunga melati putih (Jasminum Sambac), salah satu bunga yang dipilih menjadi puspa bangsa atau bunga nasional Indonesia. Kei senang kamarnya beraroma melati. Jika ada melati yang sedang mekar, dia akan mengambilnya beberapa lalu meletakkannya di dalam mangkok kecil di sudut kamar.

Kini, ketika membuka jendela kamar di pagi hari, semerbak wangi daun pandan dan aroma melati mengalir ke kamar tidur Kei. “Segarnya!” Kei merentangkan tangan dengan binar cerah di wajahnya.

Setelah mengetahui banyak manfaatnya, seluruh penduduk desa ikut-ikutan menanam daun pandan dan bunga melati di pekarangan masing-masing.

Awalnya, mereka menanam pandan dan melati untuk mengusir aroma kotoran sapi yang menyengat dari peternakan besar yang ada di desa itu. Kini, desa mereka menjadi desa tujuan wisata yang terkenal sampai ke luar daerah, karena aromanya yang khas. Desa itu mendapat namabaru dari para pengunjung yang datang, Desa Pandanti alias Desa Pandan Melati. Bahkan aroma desa itu sudah tercium dari jarak 1 kilometer sebelum memasuki gerbang desa.



Kiat Menulis Cerita Fiksi

Pertemuan 10 (Rabu, 8 Juni 2022) Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25 Narasumber: Sudomo, S.Pt. Moderator: Sigid Purwo Nugroh...