Prolog
Mami, kenapa mereka tidak ke sekolah seperti biasa?
Entahlah! Jawab si Kuning dengan masih rebahan di kursi
malasnya.
“Aku jadi tak bisa istirahat nih, Mam. Tiap bentar-bentar
mereka uyel-uyelin aku, gangguin tidur siang aku! Kesal” Si Hitam uring-uringan.
“Sudahlah Hitam, disyukuri saja. Sudah kodrat kita menjadi
alat ‘penyenang’ bagi mereka. Lagian dengan mereka di rumah kan kita jadi tak
perlu repot cari makan di tempat sampah seperti biasanya.”
“Iya ya, benar Mam! Perutku juga makin gede nih, mukaku
tambah gembul,” Hitam melihat dirinya di cermin sambil menyeringai.
Celakanya, menurut mereka kondisi aku sekarang membuat aku
semakin terlihat lucu dan menggemaskan.
Aku juga harus mandi lebih sering, itukan menyebalkan!
Kuning (Mami): Mau gimana lagi, kalau kamu tidak dimandikan,
mereka tidak akan mengijinkanmu masuk rumah.
Tiba-tiba, majikan kecil mereka mendatangi Hitam dan Kuning
yang sedang berjemur setelah dimandikan. Cici membawa mainan tali yang
diujungnya diikatkan boneka kecil. Tak berapa lama, ketiganya terlihat
berkejaran sambil bersenda gurau.
---
Menyamankan Anak di Rumah Aja
Ketika anak anak harus Sekolah
dari rumah, ibu harus Bekerja dari rumah, segala hal perlu dikondisikan.
Termasuk mengkondisikan KEBOSANAN. Bagi kami yang tinggal di perumahan
berukuran 8 x 7 meter persegi dengan
ruangan yang itu-itu saja menjadi tantangan buat ibu untuk menyamankan anak di
rumah.
Biasanya mereka sekolah sampai
pukul 14.00, main dengan teman-teman di sekolah. Saat ini, mereka totally with mom
#stay at home.
Diantara pukul 07.00 – 14.00 ini
titik kritisnya, anak anak perlu dibuat SIBUK BERAKTIVITAS agar tak terucap
kata BOSAN, pun tak tergantung dengan handphone dan segala aplikasi yang bisa
diakses.
Ini beberapa hal yang kami alami
selama SFH dan WFH
Belajar di rumah?
Sekolah meminta siswa terhubung
dengan google clasroom untuk sarana belajar. Alhamdulilah, kami bersyukur masih
bisa ‘belajar’ di tengah pandemi.
Sekolah juga sudah menggunakan
segala cara membuat anak dan orangtua nyaman. Saya bisa berempati dengan para
guru yang sudah ‘trial and error’ untuk mengalirkan pembelajaran daring.
Sebagai orangtua yang pernah
menjadi guru SD, mengajar anak sendiri memang tak semudah menjentikkan kedua
jari. Kesabaran dan kendali emosi perlu mendapat perhatian khusus, haha.
Terkadang, mencoba memberi
masukan positif ke guru agar pembelajaran daring bisa menyesuaikan dengan
kondisi emak yang sedang WFH. Karena pengalaman pernah ada drama saling berebut
tools untuk mengakses google classroom, sedangkan emak juga perlu Handphone dan
Laptop untuk bekerja.
Agar tak keluar kata Bosan, pengaturan ruangan juga perlu
diperhatikan. Merubah posisi meja belajar, bed tempat tidur, sofa, dan lain
lain. Saya minta si sulung memberikan ide, lalu dia dan adiknya yang akan mengerjakan.
Emak berkata “Karena kita akan beraktivitas dari rumah,
silakan atur kamar kalian senyaman mungkin. Lalu kalau mulai bosan dengan satu
posisi, atur lagi ke posisi lain” dan anak-anak pun sibuk dengan memindahkan
mainannya, buku, meja dan posisi tempat tidur.
Alhamdulillah, kami punya 2 ekor kucing yang tinggal menetap
di teras rumah. Awalnya kucing liar, lalu merasa teras rumah kami adalah
rumahnya. Baiklah, ini saatnya memanfaatkan mereka untuk menghalau bosan.
Jadilah mereka rutin dimandikan agar bisa di uyel-uyel gemes. Dan emakpun
tenang menjalankan WFH.