Rabu, 27 Mei 2020

SAAT PEMERINTAH MELARANG KAMI MUDIK


Pingin nyawang wis suwe kowe ora bali
Sing tak suwun neng paran sing ati-ati
Bisoku mung nyawang dimar jagad sing neng mego
Ayang-ayangmu katon neng netro

Aku lila yen kowe rung biso bali
Lahir batin lego lila tak estuni
Senadyan kangen tenan rasane ati iki
Nganti kapan sirnane pacoban iki




Terdengar alunan lagu Almarhum Didi Kempot dari radio tua yang selalu menjadi hiburan pagi. Sembari menunggu datangnya sang mentari pagi bersinar di kursi kesayangan. ‘Dede’ orang jawa bilang. Pesan dari putra putrinya yang kini masing-masing sudah berkeluarga diluar kota, berjemur itu sehat pak…. “Bapak itu dari dulu ya sudah tahu kalau berjemur itu sehat, dulu waktu kalian bayi kan bapak yang bopong sambil berjemur tiap hari.”

Menjelang siang, mereka bersiap ke rumah sakit. Bukan untuk periksa, atau menjenguk kolega. Mereka hanya kontrol kesehatan. Yah, kegiatan rutin yang dilakukan para eyang dimanapun berada. Jangan heran, mereka kenal dokter-dokter spesialis diabetes, syaraf, jantung, penyakit dalam, karena menjadi teman curhatnya saat kontrol kesehatan bulanan. Anak-anaknya nun jauh disana, hanya bisa di ceritani tentang dokter-dokter spesialis itu. Le, hari ini bapak ketemu dokter syaraf, dokternya masih muda, ramah, dan suka ngajak bercanda kalau bapak sedang terapi syaraf kaki.

Menjelang sore, mereka menghabiskan waktu bersepeda atau berjalan-jalan sebentar keliling kampung, karena pesan anak-anak agar selalu olahraga ringan. Daripada di rumah tak ada anak cucu, sepi. Mending cari teman seumuran yang bisa diajak ngobrol ngalor ngidul tentang apa saja. Saat ini, semakin susah mencari teman seumuran, karena tiap bulan ada saja yang meninggal. Alhamdulillah, masih ada beberapa teman yang saling menguatkan.
Para eyang ketika memasuki pensiun, ada yang menghabiskan waktunya untuk beribadah, mendekatkan diri kepada Tuhan Y M E, menyibukkan diri dengan mengurus pantiasuhan, sekolah atau kegiatan sosial, beberapa mengisi waktu luangnya dengan memelihara binatang peliharaan. Sudahlah Pak, tak usah pelihara ayam segala, nanti bapak malah repot harus memberi makan tiap pagi dan sore. Walau sudah diingatkan anak anak, kalau namanya hobby mau gimana lagi.
“Bapak ki seneng krungu suara manuk ngoceh, seneng ngingu ayam wit netes sampai dadi jago karo babon. Itu hiburan, Le. Hiburan bapak sekarang karena anak cucu jauh semua.”
(Bapak itu suka suara burung berkicau, senang melihat perkembangan ayam dari menetas sampai dewasa karena itu hiburan)

Kalau mereka berkata ‘anak cucu jauh semua’. Anak anak yang berusaha menasihatipun speechless. Ya sudah pak, tapi jangan capek-capek ya kalau pelihara ayam. Tak usah di kejar-kejar kalau ayamnya lari ke rumah tetangga. Tak usah kepikiran kalau burung murainya kabur dari kandang, nanti gampang beli lagi yang baru.

Paling senang kalau ada videocall dari cucu yang sedang belajar jalan di seberang pulau. Dari lahir, belum pernah ketemu sama cucu laki-laki ini. Rencana lebaran tahun ini baru bisa dibawa mudik ke kampung. Tapi,…
“Pak, aku belum bisa mudik tahun ini karena harus tugas di rumah sakit, perawat harus siaga. Dan pemerintah juga melarang mudik.”
Iya, Le. Bapak dan ibu di sini tahu kok. Kita juga lihat berita di TV setiap hari. Virus Corona itu bahaya, yang meninggal sampai 800orang lebih sekarang. Kakakmu yang masih di Jawa juga tidak bisa mudik karena tinggal di zona merah katanya. Ya sudah lebaran tahun ini kita pakai video whatsapp aja nanti. Bapak ibu paham, kamu banyak pasien di sana, sing ati-ati menangani pasien, pakai APD yang benar.

Curhat Si Bibik (Asisten Rumah Tangga) Tentang Bantuan yang Tak Kunjung Datang



Rezeki (Tak) Kemana?





“Iya Teh, betul itu! Masa tetangga yang punya mobil itu dapat sembako, kita malah ga dapat,”
“Biarin, kita dianggap orang kaya kali, Alhamdulillah wae” (satire)
“Iya ya. Kalau gitu mah, ga perlu diminta data KK dan KTP segala. Jam 10 malam, kita disuruh fotokopi, ujung-ujungnya ga dapat juga.”
“Sabar waelah, rejeki ga kemana, Teh”


Obrolan para bibi (alias khadimat) siang itu mengalihkan perhatianku dari kegiatan WFH. Berita mengenai bantuan sembako yang salah sasaran ternyata terjadi juga di kampung dekat sini.  Ada salahsatu berita, penerima mengembalikan ke pemberi bantuan karena merasa tidak layak menerimanya. Kalau di ‘kampung dekat sini’ infonya data lambat disetor, sehingga banyak yang seharusnya layak dapat bantuan sembako, terabaikan.


“Sabar ya, Bik. Bisa jadi Bibi dianggap tetap bekerja. Sedangkan mereka yang mendapat bantuan itu, walaupun punya mobil mungkin sama sekali kehilangan mata pencahariannya.” Dimasa pandemi Covid19 ini, para pengusaha restaurant, cafe, catering, warung makan termasuk salah satu yang paling merasakan terjun bebas. Si ibu itu bisa jadi salah satu darinya.  
---

Seminggu pertama WFH, saya meliburkan khadimat untuk juga ‘diRumahAja’, seperti anjuran pemerintah. Alihalih senang, mereka malah khawatir kalau saya akan ‘memutus’ satu-satunya pendapatan keluarga. Apalagi suaminya yang tidak mendapat pengahasilan sama sekali.


Karena ternyata WFH disambi beberes rumah yang mana kami ‘hanya diRumahAja’ itu lumayan menyita waktu (Terus terusan buat cemilan dan cuci piring, wkwkwk). Akhirnya sepakat, bibi tetap datang dua hari sekali untuk beberes dan setrika. Syaratnya menggunakan masker dan tidak pergi kemana mana selain ke rumah kami.


Suatu ketika, ada teman suami yang mengirimkan empat ekor lele berukuran besar. Empat kali lebih besar dibanding dengan lele yang dijual di warung. Celakanya, keempat lele itu dalam kondisi hidup dan bergerak lincah. Awalnya si Bungsu seneng banget, karena memang lele itu makanan kesukaannya.

Tapi, hingga seminggu berlalu Lele itu tetap saja hidup dalam empat ember terpisah di depan rumah. Emak nyerah! Ga tega membunuh lele besar itu, malah rajin memberi makan (naluri pecinta binatang ini sih). Ayahnya anak-anakpun tak sanggup, walau sudah browsing cara mematikan ikan lele berukuran besar, doi tetap bergeming.

Ketika saya perlu ember-ember itu suatu kali, Lele pun akhirnya berpindah tangan ke Bibi. Semoga lebih bermanfaat untuk dikonsumsi. Begitulah Rezeki, walaupun sudah berhari-hari di depan mata, jika belum milik kita ya tidak akan kita nikmati.

Mengintip KBBI, Rezeki adalah segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk memelihara kehidupan); keuntungan; kesempatan mendapat sesuatu. 

Kalau menurut Aa Gym, angka nominal uang yang ada di rekening bank kita itu belum termasuk Rezeki kita. Karena kita belum menikmatinya, baru angka-angka yang tertulis saja. Ketika tiba-tiba kita meninggal, angka di rekening itu tak akan dibawa ke alam berikutnya.

Akan menjadi Rezeki, jika kita menggunakannya untuk membeli kebutuhan atau sesuatu yang mendukung kehidupan kita. Juga ketika kita memanfaatkannya untuk memberi kepada oranglain, mengirimkannya kepada orangtua, berbagi untuk orang-orang disekitar yang membutuhkan, menginfaqkan di jalanNya, dan hal lain yang membuat hati kita tersenyum puas.

Ayo kawan, mumpung saat ini Bulan Ramadhan, manfaatkan moment ini untuk membuat angka-angka di rekening bank kita menjadi Rezeki. Jika sudah berkecukupan, tak tau lagi mau membeli apa karena semua sudah ada di rumah? Itu artinya ada hak fakir miskin dan anak –anak yatim, dari angka tersebut. Keluarkanlah untuk mereka yang berhak, dan Allah S.W.T akan membalasnya dengan berlipat ganda.  




Curhat Emak Saat ANAK BELAJAR DARI RUMAH KARENA PANDEMI CORONA19



Tak terasa, delapan minggu belajar di rumah, anak anak mengalami pasang surut semangat. Begitupun sebagai orangtua, terkadang perlu motivasi diri sendiri untuk mengajar anak di rumah. Perang melawan diri sendiri mengalahkan rasa malas. Karena saya juga bekerja sampai pukul 4 sore, seringkali tugas anak – anak di selesaikan malam setelah magrib.

Berdasarkan pengamatan, si sulung sangat antusias menyelesaikan tugas google clasroom di minggu awal mereka SFH. Kurva semangat pun menurun memasuki minggu ke enam, apalagi ketika SFH bersamaan dengan datangnya Bulan Suci Ramadhan.

Beruntung para guru di Sekolah Karakter selalu melakukan pembaruan metode kegiatan SFH dan menggunakan cara pendekatan yang berbeda. 

Di dua minggu awal SFH, tugas ananda lebih banyak melatih life skill. Sebagai orangtua, saya merasa senang sekali ketika mencuci baju, menjemur, cuci piring, menanak nasi, menyapu, mengepel dan beres-beres kamar adalah bagian dari tugas Ananda. Meskipun tetap ada penugasan googleclasroom yang harus dikerjakan.

Minggu ke tiga dan ke empat, sekolah mulai melakukan kegiatan tatap muka melalui aplikasi zoom meeting. Ada interaksi langsung dengan Bapak dan Ibu guru, sekali seminggu. Saat interaksi itulah guru kelas menjelaskan kepada anak-anak apa yang perlu mereka kerjakan di minggu tersebut. Sesekali para guru juga mengupload video pembelajaran melalui youtube sehingga mudah diakses oleh orangtua. Huft lega, karena emak tak perlu buka kamus matematika cara menghitung volume limas dan prisma. Di video guru tersebut, ada juga langkah demi langkah cara penyelesaian soal yang diberikan.

Minggu ke lima dan ke enam, semakin intensif kegiatan tatap muka dilakukan. Menjadi dua kali seminggu di sertai dengan penugasan offline. Penugasan offline lebih banyak meminta ananda untuk tampil bicara di depan kamera. Misalnya presentasi tentang pahlawan kemerdekaan, presentasi menemukan bentuk jaring-jaring bangun ruang, menjelaskan tentang timbangan sederhana dan lain-lain. Kegiatan ini sangat disukai si bungsu yang senang bercerita, namun kendala bagi si sulung yang cenderung pemalu saat berbicara.

Suatu ketika, bu guru menugaskan si sulung memimpin rapat keluarga. Materinya tentang organisasi, tugasnya adalah bagaimana ananda bisa memimpin rapat keluarga: pembagian tugas selama SFH. Singkat kata terjadilah kesepakatan pembagian kerja di rumah. Fix sejak saat itu, tugas merapikan kamar, mencuci baju, menjemur dan melipat berpindah ke anak-anak. Alhamdulillah, mereka cukup konsisten dengan sedikit motivasi.

Tantangan mulai muncul memasuki minggu ke tujuh sampai sekarang. Bisa jadi karena waktu sahur di pagi hari saat Bulan Ramadhan membuat anak anak tidur setelah subuh sampai siang. Beruntungnya, hal ini sangat di pahami oleh Bapak ibu guru. Pertemuan Zoom online dengan bapak/ibu guru lebih sering lagi, hampir setiap hari. Saat kelas online, bu guru/pak guru menjelaskan seperti saat mereka mengajar di depan kelas. Tanya jawab juga langsung dilakukan di kelas tersebut. Karena Bulan Ramadhan, kegiatan penugasan pun di kurangi. Lebih banyak penugasan yang berhubungan dengan peningkatan ketaqwaan kepada Tuhan YME. Misalnya mengisi ceklist Ramadhan, hafalan hadist dan surat pendek, membaca Al Quran, resep takjil dan lain lain.

Kegiatan selama SFH ini pasti sangat berkesan bagi anak anak kelak.
Kapan lagi bisa belajar bersama ibu di rumah?



Curhat Emak Saat ANAK SEKOLAH DARI RUMAH


Prolog

Mami, kenapa mereka tidak ke sekolah seperti biasa?
Entahlah! Jawab si Kuning dengan masih rebahan di kursi malasnya.
“Aku jadi tak bisa istirahat nih, Mam. Tiap bentar-bentar mereka uyel-uyelin aku, gangguin tidur siang aku! Kesal” Si Hitam uring-uringan.
“Sudahlah Hitam, disyukuri saja. Sudah kodrat kita menjadi alat ‘penyenang’ bagi mereka. Lagian dengan mereka di rumah kan kita jadi tak perlu repot cari makan di tempat sampah seperti biasanya.”
“Iya ya, benar Mam! Perutku juga makin gede nih, mukaku tambah gembul,” Hitam melihat dirinya di cermin sambil menyeringai.
Celakanya, menurut mereka kondisi aku sekarang membuat aku semakin terlihat lucu dan menggemaskan.
Aku juga harus mandi lebih sering, itukan menyebalkan!
Kuning (Mami): Mau gimana lagi, kalau kamu tidak dimandikan, mereka tidak akan mengijinkanmu masuk rumah.
Tiba-tiba, majikan kecil mereka mendatangi Hitam dan Kuning yang sedang berjemur setelah dimandikan. Cici membawa mainan tali yang diujungnya diikatkan boneka kecil. Tak berapa lama, ketiganya terlihat berkejaran sambil bersenda gurau.
---


Menyamankan Anak di Rumah Aja


Ketika anak anak harus Sekolah dari rumah, ibu harus Bekerja dari rumah, segala hal perlu dikondisikan. Termasuk mengkondisikan KEBOSANAN. Bagi kami yang tinggal di perumahan berukuran  8 x 7 meter persegi dengan ruangan yang itu-itu saja menjadi tantangan buat ibu untuk menyamankan anak di rumah.

Biasanya mereka sekolah sampai pukul 14.00, main dengan teman-teman di sekolah. Saat ini, mereka totally with mom #stay at home.
Diantara pukul 07.00 – 14.00 ini titik kritisnya, anak anak perlu dibuat SIBUK BERAKTIVITAS agar tak terucap kata BOSAN, pun tak tergantung dengan handphone dan segala aplikasi yang bisa diakses.  

Ini beberapa hal yang kami alami selama SFH dan WFH

Belajar di rumah?
Sekolah meminta siswa terhubung dengan google clasroom untuk sarana belajar. Alhamdulilah, kami bersyukur masih bisa ‘belajar’ di tengah pandemi.

Sekolah juga sudah menggunakan segala cara membuat anak dan orangtua nyaman. Saya bisa berempati dengan para guru yang sudah ‘trial and error’ untuk mengalirkan pembelajaran daring.
Sebagai orangtua yang pernah menjadi guru SD, mengajar anak sendiri memang tak semudah menjentikkan kedua jari. Kesabaran dan kendali emosi perlu mendapat perhatian khusus, haha.
Terkadang, mencoba memberi masukan positif ke guru agar pembelajaran daring bisa menyesuaikan dengan kondisi emak yang sedang WFH. Karena pengalaman pernah ada drama saling berebut tools untuk mengakses google classroom, sedangkan emak juga perlu Handphone dan Laptop untuk bekerja.

Agar tak keluar kata Bosan, pengaturan ruangan juga perlu diperhatikan. Merubah posisi meja belajar, bed tempat tidur, sofa, dan lain lain. Saya minta si sulung memberikan ide, lalu dia dan adiknya yang akan mengerjakan.

Emak berkata “Karena kita akan beraktivitas dari rumah, silakan atur kamar kalian senyaman mungkin. Lalu kalau mulai bosan dengan satu posisi, atur lagi ke posisi lain” dan anak-anak pun sibuk dengan memindahkan mainannya, buku, meja dan posisi tempat tidur.

Alhamdulillah, kami punya 2 ekor kucing yang tinggal menetap di teras rumah. Awalnya kucing liar, lalu merasa teras rumah kami adalah rumahnya. Baiklah, ini saatnya memanfaatkan mereka untuk menghalau bosan. Jadilah mereka rutin dimandikan agar bisa di uyel-uyel gemes. Dan emakpun tenang menjalankan WFH.


TERSIMPAN DI HATI (12 BAHASA DAERAH) - EKA GUSTIWANA



JAI KU LALOI
JAI TONG KU GAPPA
KENANGAN SANE WENTEN RING ATI
NANG PE IKKO LAO AU, NANG PE AU MANDAO
NGANA PE KENANGAN BARASA DI HATI



SAAT ADIAK MANARI JO GALAK
RASA TARESNA ALOMPA E DHALEM ATE NIKA
NGEN TESEN KI ETO VENEA AVANG ZI
MAR SENG AKAN ADA JUA YANG MO KAS PAKALA SE PUNG MANIS
HANA BANDENG LAM SABOH ASOE DONYA NYOE
NING ORA ONO SING NGALAHAKE BECIK PARASMU


RAP SUNDA:
"PARANTOS SABARAHA DINTEN
MUNG ABDI SARENG ANJEUN,
TEU SAWIOS CARIOSKEUN.
ABDI KUDU NINGGALKEUN ANJEUN.

NGAN PANON MIWARANG ULAH NINGGALKEUN.
NU SADAYA ABDI MIHAREP NGANGGO KA ANJEUN HEY"


RAP PAPUA:
"EPA MAIDA ITAPU MUTO DANI.
ANI MA AKI MA ENA GENE DUBA.
IYE ENA DIMI WO GAI.
IPUPUKAT DIMI TEGAI UMI IOU DABAKIYA"


SAAT KAU MENARI DENGAN TAWA
RASA TERKESIMA MULAI MELEBUR DALAM HATI INI
DAN KU TELAH ARUNGI LUAS SEMESTA
TAPI TAK ADA YANG MENGALAHKAN INDAH PARASMU


DITIKKI HO MANORTOR SAMBIL MEKKEL
RASA TERKESIMA NGELEBUR RING HATI TIANGE
SE MUSI TAU BE SU JELAJAH SEMESTA
MEUNAN KEUH TARI THAT RUPA GATA NYANG ULON CINTA



JEHE KU TE KELAK, JEHE KU TE TAENG

YE  IYE IYE……..

INDONESIA, KAU TERSIMPAN DI HATI.



Minggu, 10 Mei 2020

LPMP KALIMANTAN BARAT








MEMBUAT CONGKLAK DARI KARDUS BEKAS


Alat dan Bahan:

1. Kardus Bekas
2. Gelas Aqua
3. Tutup Botol kemasan
4. Tempat untuk menyimpan tutup botolnya
5. Cutter dan gunting



Jika kardusnya lebih panjang bisa dibuat banyak lubang, menyesuaikan saja lubangnya


Ketentuan bermain congklak:

1. Congklak dimainkan 2 orang yang berhadapan menggunakan papan yang terbuat dari kayu atau plastik dengan panjang 40-50 centimeter. 


2. Papan tersebut lengkap dengan 14 lubang kecil yang saling berhadapan dan dua lubang besar di kedua sisinya (kanan dan kiri). Masing-masing pemain dibagi tujuh lubang kecil dan satu lubang besar.


3. Nantinya lubang-lubang kecil diisi 5-7 biji yang terbuat dari kerang atau biji sawo, sedangkan lubang besar dibiarkan kosong, anggaplah lubang besar tersebut merupakan gudang penyimpanan pemain. 


Cara bermainnya sangat mudah:


1. Dua orang pemain bergantian untuk memilih satu lubang kecil miliknya untuk dipindahkan satu per satu ke lubang lainnya searah jarum jam, hingga biji yang di genggaman habis. 


2. Permainan akan berakhir ketika semua lubang kecil kosong, dan semua biji berada di lubang besar. 


3. Kemenangan ditentukan dari jumlah biji terbanyak yang berada di lubang besar masing-masing pemain.

Kiat Menulis Cerita Fiksi

Pertemuan 10 (Rabu, 8 Juni 2022) Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25 Narasumber: Sudomo, S.Pt. Moderator: Sigid Purwo Nugroh...