Ari
Saptarini
“Kenalkan, Ris. Ini Kiki,
pasien Mama. Untuk sementara Kiki akan tinggal di rumah kita,” ucap Bunda
sepulang kerja.
Risa pun segera mengamati
anak perempuan yang dibawa pulang Bundanya dari ujung rambut, sampai ujung
kaki. Lalu diulurkanya tangan, untuk salaman. “Aku Risa, namamu siapa?” Tanya
Risa mencoba mengakrabkan diri dengan anak perempuan yang tingginya tak jauh
beda dengannya itu.
Tapi, tiba-tiba anak itu
malah memalingkan mukanya. Lalu berjongkok dan menangis sesenggukan.
“Lho, kenapa?” Risa jadi
bingung sendiri.
Bunda memanggil Risa yang mencoba
menenangkan teman barunya.
“Kiki itu, dulunya tinggal
di sebuah keluarga kecil di Mesuji, Lampung. Ayah dan Ibunya berpisah sejak
bulan lalu.”
“Oh, gitu. Tapi, kenapa Kiki
bisa sampai Depok, Ma?” Tanya Risa penasaran.
“Saat masih di Lampung, Kiki
sering mendapat ancaman dari ayah kandungnya agar mau mengikuti ayahnya. Lalu
Ibunya membawa Kiki ke sini sembari bekerja di kantin.”
“Jadi, Ibunya Kiki itu, salah
satu pekerja di kantin rumahsakit, ya, Bun?”
“Iya, sayang. Bunda membawa
Kiki ke sini, karena Bu Asri tidak diizinkan membawa anak kalau tinggal di mess
karyawan.”
“Kata Bu Asri, semenjak
diancam akan dibunuh oleh ayah kandungnya, Kiki jadi pendiam. Dia jarang sekali
bicara. Ibunya minta tolong ke Bunda agar Kiki bisa kembali ceria seperti
dulu.”
Mendengar cerita kisah hidup
Kiki, Risa tak habis pikir. Ayah kandung kok setega itu.
Rasa empati Risa mulai
muncul. Dia pun berjanji akan bersikap baik kepada Kiki.
Setelah tenang, Risa
mengantar Kiki ke kamarnya. Pantang menyerah mengajak bicara, walau Kiki tak
pernah menjawab. Suatu malam, akhirnya Kiki mengucapkan kalimat pertamanya
sejak dia di rumah Risa.
“Seberapa jauhnya, sih
Lampung ke sini?” ucap Kiki terbata. “Aku takut, ayah akan menemukanku di sini.”
Risa langsung memegang
lengan Kiki. “Tenang, Ki. Kami akan menjadi keluarga barumu yang menyenangkan.
Kami akan selalu melindungimu,” seru Risa.
Kini, Kiki mulai nyaman
berada di rumah Risa. Dia juga mulai sekolah di kelas satu. Sejak itu, keluarga
Risa jadi makin ramai. Risa senang sekali punya teman belajar di rumah.
Selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar