Selasa, 28 Juli 2015

Jodoh Divana di Salatiga

Tulisan ini sudah dimuat dalam antologi bersama "Keajaiban Jodoh" 


Divana, seorang pekerja wanita, usia kepala tiga. Teman-teman kantor Divana, rata-rata sudah hidup berumahtangga, mereka care dengan kondisi Divana yang masih menyendiri diusia yang mulai senja, namun tak satupun berani membuka mulutnya untuk bicara tentang jodoh di hadapan Divana.

Sakit yang dirasakan Divana, seperti bisa dirasakan oleh teman-teman kantornya, masih teringat jelas kejadian satu bulan lalu, Divana dipanggil oleh bosnya, rupanya bos ingin tahu bagaimana keberadaan mobil perusahaan yang diamanahkan kepada Divana.

“Kau tak pernah ke kantor dengan mobil lagi? Mobil itu ku’ amanahkan untukmu agar dipakai setiap kerja, baik ke luar kota atau hanya sekedar ke kantor saja” titah sang bos, disambut tangis oleh Divana.

“Saya ingin jujur sekarang, Pak!”

“Sudah lama, saya memendam perasaan ini sendiri, terpuruk dalam nestapa tak bertepi.”

“Sebenarnya …, mobil itu …,” Ah, Divana tak mampu melanjutkan kalimat yang keluar dari mulutnya.

Menangis …, dan bos Divana yang baik hati dan sabar itu masih membiarkan Divana melanjutkan kalimatnya.

Sadar bahwa bos masih memperhatikannya, Divana mencoba untuk tegar menceritakan kejadian sebenarnya.

“Pak …, mobil itu …, hilang bersama Andika, orang paling dekat denganku beberapa bulan ini”

“Andika? Calon suamimu bukan?” ucap atasan Divana sedikit berempati.

“Tidak lagi, Pak!” Divana meradang mengingat lelaki kurang ajar yang hanya memanfaatkan karirnya untuk hidup diatas rata-rata.

“Bahkan, di mana dia sekarang, Saya tak peduli lagi!”

“Satu hal yang membuat Saya ingin mencarinya, hanya mobil perusahaan itu. Mobil itu, tanggungjawab Saya, Pak!, akan kembali utuh, Saya percaya!”

Bos Divana hanya bisa tertegun melihat anak buahnya memelas meminta waktu untuk mencari mobil perusahaan yang hilang, ya, hilang dibawa pergi oleh pacar Divana.

“Baiklah, Saya beri waktu untuk Kau mencari mobil itu, satu bulan dari hari ini, jika dalam waktu sebulan belum juga ketemu, silahkan mengajukan surat pengunduran diri,”

“dengan surat pengunduran dirimu, anggap saja Kau telah membayar lunas hutangmu menghilangkan mobil perusahaan,”
“dan tentu saja, Kau akan mengundurkan diri tanpa pesangon!” lanjut bos Divana memperjelas pernyataan sebelumnya.

“Baik, Pak Saya akan terima dengan lapang dada konsekuensi tersebut!”

Sejak hari itu, Divana dan seluruh anggota keluarganya mengerahkan segala cara mencari Andika dan mobil perusahaan yang dibawanya kabur. Teman dekat, keluarga Andika, polisi sampai orang `pintar` diminta bantuannya menemukan lokasi keberadaan mantan pacar Divana, saat ini.

Ketemu! Akhirnya petunjuk orang `pintar` diikuti, dan Divana menemukan mobil itu sedang diarkir di halaman sebuah pertokoan. Divana berusaha tegar menghadapi Andika, meminta mobil perusahaan itu dikembalikan padanya.

Dulu, memang Divana meminta pendapat pacarnya saat bos menawarkan sebuah mobil perusahaan padanya.

“Aila saja, Yang!” permintaan Andika dituruti oleh Divana yang kala itu sedang dipromosikan jabatannya.

Sampai enam bulan berikutnya, Aila terparkir manis di rumah kontrakan Andika, hanya dipakai untuk mengantar dan menjemput Divana sore harinya, sesekali mengantar pergi Divana ke luar kota.

***

Divana mengembalikan mobil perusahaan ke bosnya, itu artinya dia masih bisa melanjutkan kerja di perusahaannya.

Saat makan siang di meja kerjanya, bos menghampiri Divana

“Divana, kalau sudah selesai makan, silahkan ke ruangan Saya! Titah bos membuat Divana melanjutkan makan lebih cepat dari sebelumnya.

“Tugas ke luar kota, Pak?” Tanya Divana begitu sampai di ruangan bosnya.
“Ya! Ke Salatiga!”

“Cabang perusahaan di Jawa Tengah, Pak?” untuk berapa lama?”

“Setahun!” jawab bos Divana tanpa basa-basi.

“Siap, Pak! Terimakasih atas kesempatan yang Bapak berikan!” ucap Divana sambil membungkukkan badan layaknya orang Jepang.

Sejak lama dia ingin mengubur kenangan bersama Andika di kota ini, kesempatan ke luar kota sangat diharap Divana bisa mengobati luka `kehilangannya`. Dia tak percaya lagi laki-laki, hatinya mati, beku karena airmata kecewa, dan dia ingin menghibur dirinya.

***

Seminggu di Salatiga, Divana berusaha mengakrabkan lidahnya dengan aneka menu yang tersaji di kota dingin itu. Posisi Divana cukup terpandang di cabang perusahaan tersebut. Walaupun, semua anak buahnya lebih senior darinya, Divana berusaha membaur bersama mereka. Sering Divana mentraktir mereka, selepas kepenatan delapan jam kerja.

“Bu …, maaf sebelumnya jika saya kurang sopan …,”

“Ada apa, mbak Leli?” jawab Divana santun.

“Bu Diva, mau saya kenalkan dengan adik sepupu saya?”

“Maksudnya?” Divana mengerti dengan maksud anak buahnya, namun kurang yakin dengan kata `kenalkan`

“Ya, barangkali jodoh, Bu. Sepupu saya sedang mencari calon istri.”

“Ooohhh! Saya pikirkan dulu ya, Mbak” jawab Divana sambil menenggak segelas air putih di hadapannya.

Haruskan hati yang beku itu terbuka, Ya Allah? Doa Divana dalam sholatnya. Saya tak ingin sakit hati lagi, mohon petunjukMu! Jika ini memang jalan jodoh yang Kau berikan, mudahkanlah dalam prosesnya, saya ikhlaskan hati ini untuk menggapai ridhoMu.

Perkenalan terjadi tanpa rekayasa, Mbak Leli mengajak Rahmat, adik sepupunya untuk bertemu bos Divana.

“Saya hanya bisa sampai disini, selanjutnya, Kau dan Bu Diva yang mengambil keputusannya!” Leli menasehati adik sepupunya.

Divana, sudah menyerahkan semuanya ke Sang Maha Pengatur, termasuk niatnya menjalani pertemuan perkenalan itu. Dan awal Februari 2014 lalu, dengan mengucap syukur tak bertepi. Divana menerima Rahmat sebagai suaminya. Keyakinan Divana berbuah hasil, hati yang beku bisa kembali hangat dengan senyuman mentari dipagi hari. Semoga sahabat yang belum menemukan jodohnya tetap membuka hati untuk calon pasangan sehidup sematinya, seperti kisah Divana.

Note.

Based on true Story, kisah temanku yang kini sudah bahagia hidup berumah tangga. Divana, bukan nama sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Kiat Menulis Cerita Fiksi

Pertemuan 10 (Rabu, 8 Juni 2022) Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25 Narasumber: Sudomo, S.Pt. Moderator: Sigid Purwo Nugroh...