Selasa, 28 Juli 2015

Ratna Megawangi, Namanya Harum Mewangi ke Pelosok Negeri_Ari Saptarini


Seorang wanita serupa Kartini, beliau adalah pendiri yayasan Indonesia Heritage Foundation (IHF). Bernama Ibunda Ratna Megawangi, wanita kelahiran 24 Agustus 1958 di Jakarta.  Saat beliau memulai jejaknya, melanglang buana untuk memperkaya ilmu di luar negeri, aku baru lahir ke dunia. Pendidikan anak usia dini menjadi concern beliau sekarang, punya visi ke depan, berjuang untuk mewujudkannya, mencipta lapangan kerja baru mengusung konsep pendidikan karakter untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkarakter. Semua cita-citanya selalu berusaha direalisasikan dalam dunia nyata.
Bu Ratna, kami biasa memanggil namanya. Dalam sebulan, sekali dua kali beliau hadir ke yayasan IHF untuk memberikan motivasi kepada kami semua. Setiap selesai materi beliau, semangat dan energi terisi full. Apa yang diucapkan dan dicitakannya adalah apa yang akan diwujudkannya. Itu lah satu kalimat yang mewakili pendapatku tentang beliau.
Lima tahun sudah aku bergabung dengan yayasan ini, teringat dulu kantor ini hanya satu ruangan kecil bersekat-sekat, kini gedung megah berdiri. Kalau bukan karena beliau, mungkin aku bekerja entah di mana dengan passion yang ala kadarnya. Aku bersyukur bisa bergabung dengan yayasan ini, selain mendapat banyak ilmu baru yang tidak aku pelajari di bangku kuliah.
Bu Ratna cerita, tak ada yang pernah memintanya untuk mendirikan IHF, tak ada motif pribadi apalagi motif ekonomi saat memulai memfokuskan diri dengan pendidikan karakter. Hanya panggilan hati semata, kesemrawutan yang ada di Indonesia, karakter penduduknya yang mudah terpancing emosi, lari dari penyelesaian masalah, korupsi yang merajalela, dan sederet catatan hitam bangsa ini membuat hatinya tergerak tanpa diminta.
Sebagai seorang dosen, bu Ratna terbiasa memecahkan masalah secara sistematis. Hukum sebab akibat terlibat, semua catatan hitam bangsa ini berawal dari pendidikan anak usia dini yang salah dan ini dirunut ke pendidikan wanita, sebagai calon ibu perlu diperbaiki.
Banyak teori, namun pada prakteknya orang tua lupa bahwa anak-anak mereka belajar dari mengamati kelakuan ayah dan bundanya di rumah. Tidak hanya peran ibu saja, melainkan juga peran ayah sebagai kepala rumah tangga.
Sempat menghebohkan Indonesia dengan buku karangannya berjudul ‘membiarkan Berbeda’ pada tahun 1999, bu Ratna tampil sebagai salah seorang feminis di era millennium alias Kartini Indonesia abad 21. Buku tersebut menurut beliau, diinspirasi dari buku karya Sachiko Murata, The Tao of Islam. Agama islam dan semua agama di dunia mengajarkan pengikutnya untuk melakukan kebaikan.
 “Entah mengapa penduduk negeri ini yang notabene sebagian besar Islam, malah menjadi pribadi dengan karakter brutal, sikut sana sikut sini, saling serang, tak percaya dengan pemimpinnya, mudah tersinggung dan lain-lain. Padahal, ajaran Islam tidak mengajarkan. Lalu siapa yang memberi contohnya? Tentu ayah dan bunda mereka di rumah” pernyataan bu Ratna selalu memotivasiku untuk terus belajar dan menjadi ibu teladan bagi anak-anakku.
Ribuan sekolah Semai Benih Bangsa (SBB) yang berdiri di Indonesia adalah karena jasa Beliau. Menggunakan dana CSR perusahaan besar yang menyumbang dengan sukarela, yayasan yang bergerak memberikan pelatihan kepada guru pengajar anak usia dini ini semakin melebarkan sayapnya untuk memperbaiki akhlak penerus bangsa.



Biodata Penulis
Arishi adalah nama pena dari Ari Saptarini, yang lahir di Pekalongan 9 September. Tinggal di Puri Alam Kencana Blok Q 5 No : 4 -  Rt 04 / Rw 08 Nanggewer Mekar Kab Bogor Jawa Barat. Pekerjaan utamanya adalah seorang Guru SD di Indonesian Heritage Foundation. FB : Ari Saptarini, email : saptarini1983@gmail.com

 Dimuat dalam antologi bersama "20 Tokoh Kartini Masa Kini" 




Tidak ada komentar:

Kiat Menulis Cerita Fiksi

Pertemuan 10 (Rabu, 8 Juni 2022) Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25 Narasumber: Sudomo, S.Pt. Moderator: Sigid Purwo Nugroh...