Ari Saptarini
“Bu Duriah sudah lahiran! Tadi
suaminya telpon,” kata Nia, rekan kerjaku di proyek penelitian seorang Doktor
muda di kampus.
“Kapan katanya?”
“Tadi malam, jam dua dini hari”
“Wah berarti kita harus segera ke
sana sekarang, Ni,” ucapku sambil merapikan mukena setelah sholat subuh.
Proyek pemberian
makanan tambahan bagi ibu hamil itu sudah berlangsung sejak lima bulan lalu,
berupa biskuit dengan fortifikasi besi - folat ditambah susu. Tim peneliti dari
kampus yang melakukan survey data awal, kami berempat hanya tim lapang, tugasnya
mensuplai susu dan biskuit setiap minggu, menimbang badan dan mencatat keluhan
ibu – ibu hamil itu. Jumlahnya ada 50 ibu hamil, tersebar di tiga kecamatan di
kabupaten Bogor, Ciampea, Leuwiliang dan Leuwisadeng.
Kecamatan
Leuwiliang paling banyak jumlah desanya, dengan kontur tanah yang penuh
tanjakan berbatu terjal, tiap ke sana selalu penuh tantangan. Kelahiran bayi
harus kita data Berat dan tingginya segera, tak boleh lebih dari 24 jam.
Kertas alamat
rumah bu Duriah sudah di tangan, dengan sepeda motor kita menuju Desa Karacak,
akhirnya sampai juga di depan rumah bu Duriah.
“Lho, kok masih gendut,? bisik
Nia
“Suami Ibu tadi pagi telpon kalau
Ibu sudah lahiran? Kok?”
“Ri …, jangan-jangan yang lahiran
bu Puriah dari Ciampea, bukan bu Duriah?” pekik Nia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar