Selasa, 07 April 2020

CERNAK: Lala, Boneka Pengingat

Ari Saptarini

Mata Zoya berkaca-kaca, sedih. Boneka kesayangannya tak lagi bersuara. Sudah dua kali Zoya mengganti baterainya, tetap saya Lala membisu. Hujan besar yang terjadi tiga hari berturut-turun membuat kawasan pondok pesantren Ababil banjir setinggi pinggang dua minggu lalu. Boneka Lala milik Zoya tertinggal saat seluruh penghuni pondok diungsikan ke tempat yang lebih tinggi.

“Sudahlah, Ya! Lagian bonekamu itu kan sudah lima tahun,” hibur Aini, sahabat Zoya.

“Selama lima tahun ini, dia selalu mengingatkanku untuk bangun malam dan rajin mengaji tiap hari, entah bagaimana semangatku setelah kepergian Lala,” jawab Zoya sambil mendekap Lala.

Lala adalah boneka perempuan mungil, hadiah dari ayahnya.  Berwarna merah jambu, berkepang dua.  Uniknya, boneka itu bisa merekam suara. Suara ayah Zoya terekam di sana, suara itu satu-satunya rekaman yang bisa mengobati kerinduan Zoya kepada Ayahnya yang meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat dua tahun lalu.

‘Waktunya ngaji, Zoya! Semangat ya menghafal al Qurannya di pondok!’ begitulah kira-kira rekaman suara ayah Zoya. Lala akan otomatis bersuara di jam-jam tertentu, mengingatkan Zoya membuka Syamil Quran yang selalu ada di dalam tasnya.

“Aini! Zoya! Kok masih di kamar? Ayo kita ke langgar, Ustadzah sudah menunggu untuk setoran hafalan hari ini.” Zakiya tiba-tiba mengagetkan dari depan pintu kamar mereka.

“Iya, makasih, Zaki! Aini, duluan aja ke sana. Aku mau cuci muka dulu,” Zoya bersegera menghapus jejak air mata di pipinya dengan berwudhu.

Setelah setor hafalan harian, Ustadzah menasehati Zoya.

“Rekaman itu pasti sudah ada di hati dan pikiranmu, Nak. Jangan bersedih hanya karena Lala tak lagi bersuara. Yakinlah! kau bisa, Zoya.”

“Terimakasih, Ustadzah,” jawab Zoya.

Sebelum tidur, Zoya berdoa agar di sepertiga malam nanti bisa terbangun untuk mengaji dan menghafal setoran ayat harian seperti biasanya. Lala tetap tidur di samping Zoya, namun tak bisa lagi diandalkan menjadi alarm untuk membangunkan dirinya.

‘Waktunya ngaji, Zoya! Semangat ya menghafal al Qurannya di pondok!’

Zoya mendengar suara ayah dalam tidurnya. Ya Allah, Alhamdulillah…, Lala bisa bersuara lagi? Zoya kaget dan langsung membuka matanya! Tepat jam tiga pagi, seperti biasa.

Diguncangkannya tubuh lala, tidak…, itu bukan lala yang bersuara. Lalu siapa?

Zoya pun teringat ucapan Ustadzah semalam, rekaman itu kini sudah ada di hati dan pikiranmu, Zoya.
 Subhanallah, Zoya langsung mengambil Syamil Quran, membaca ayat yang harus dihafalnya. Lalu sholat malam dan kembali tadarus Quran sampai Subuh tiba.

Cibinong, 19 Juli 2014
Diikutkan lomba cerita anak Syamil Quran
Ceritaku hari ini semoga bermanfaat untuk orang lain

Tidak ada komentar:

Kiat Menulis Cerita Fiksi

Pertemuan 10 (Rabu, 8 Juni 2022) Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25 Narasumber: Sudomo, S.Pt. Moderator: Sigid Purwo Nugroh...