City Tour
Ari Saptarini
“Nanti sore, Pakde Aryo dan Denis sampai di Bandara,” kata Mama.
“Yah, kita enggak jadi ke Jogja, dong, Ma?” tanya Ardho kecewa.
Padahal, libur sekolah kali ini sudah diagendakan untuk ke Candi Borobudur. Eh, malah Pakde Aryo dari Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah datang ke Jakarta.
“Sepupumu Denis, belum pernah naik kereta api. Karena di Kalimantan tidak ada kereta. Nanti, kalau mereka sampai, ajaklah Denis berkeliling Jakarta,” pesan Papa sebelum berangkat menjemput Pakde Aryo di Bandara.
---*---
“Denis, kenapa sih kamu pingin banget keliling Jakarta? Padahal menurutku, Jakarta itu macet dan panas,” celetuk Ardho.
“Aku tahu Jakarta dari buku IPS Sejarah. Nah, mumpung Ayah ada pertemuan di Kementerian Kehutanan selama seminggu. Aku pingin membuktikan kalau tempat-tempat itu memang beneran ada.”
“Memangnya, kamu mau ke mana, Denis?”
“Kota Tua, mengunjungi beberapa museum dan mampir ke Pekan Raya Jakarta,” jawab Denis.
Hari ini, Mama mengajak Ardho dan Denis ke Stasiun Pasar Minggu. Tujuan pertama mereka adalah Kota Tua. Dengan kereta Commuter line mereka sampai di Stasiun Kota. Sedikit berjalan kaki, mereka sampai di Museum Fatahillah. Mereka juga melihat Pelabuhan Sunda kelapa di sampingnya.
“Dho, ayo berpose di depan kapal,” seru Denis.
Mereka juga mencoba naik sepeda onthel, tentu saja hanya dibonceng.
Selepas tengah hari, Mama mengajak Ardho dan Denis makan Soto Betawi di sebuah warung kaki lima. Setelah makan, Mama menuju Halte Busway.
“Lho, Ma, kita naik Busway pulangnya?”
“Iya. Selain Commuter line, Busway juga alat transportasi yang patut dibanggakan warga Jakarta, sayang.”
Ternyata rute Busway yang mereka naiki, melewati pusat kota. Kebetulan sekali, ada bus City tour yang melintas.
Bukan hanya Denis yang pertama kali merasakan naik bus tingkat. Ardho yang warga Jakarta pun baru pertama kalinya naik bus City tour. Setelah berkeliling kota, mereka turun di Senayan. Di arena PRJ, Mama membeli kerak telur. Wah, pengalaman hari ini sangat luar biasa. Ardho baru tahu, ternyata Kota Jakarta menyimpan sejarah Bangsa Indonesia di masa sebelum kemerdekaan. Mulai sekarang Ardho akan lebih menyayangi Kota Jakarta.
Selesai
Ari Saptarini
“Nanti sore, Pakde Aryo dan Denis sampai di Bandara,” kata Mama.
“Yah, kita enggak jadi ke Jogja, dong, Ma?” tanya Ardho kecewa.
Padahal, libur sekolah kali ini sudah diagendakan untuk ke Candi Borobudur. Eh, malah Pakde Aryo dari Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah datang ke Jakarta.
“Sepupumu Denis, belum pernah naik kereta api. Karena di Kalimantan tidak ada kereta. Nanti, kalau mereka sampai, ajaklah Denis berkeliling Jakarta,” pesan Papa sebelum berangkat menjemput Pakde Aryo di Bandara.
---*---
“Denis, kenapa sih kamu pingin banget keliling Jakarta? Padahal menurutku, Jakarta itu macet dan panas,” celetuk Ardho.
“Aku tahu Jakarta dari buku IPS Sejarah. Nah, mumpung Ayah ada pertemuan di Kementerian Kehutanan selama seminggu. Aku pingin membuktikan kalau tempat-tempat itu memang beneran ada.”
“Memangnya, kamu mau ke mana, Denis?”
“Kota Tua, mengunjungi beberapa museum dan mampir ke Pekan Raya Jakarta,” jawab Denis.
Hari ini, Mama mengajak Ardho dan Denis ke Stasiun Pasar Minggu. Tujuan pertama mereka adalah Kota Tua. Dengan kereta Commuter line mereka sampai di Stasiun Kota. Sedikit berjalan kaki, mereka sampai di Museum Fatahillah. Mereka juga melihat Pelabuhan Sunda kelapa di sampingnya.
“Dho, ayo berpose di depan kapal,” seru Denis.
Mereka juga mencoba naik sepeda onthel, tentu saja hanya dibonceng.
Selepas tengah hari, Mama mengajak Ardho dan Denis makan Soto Betawi di sebuah warung kaki lima. Setelah makan, Mama menuju Halte Busway.
“Lho, Ma, kita naik Busway pulangnya?”
“Iya. Selain Commuter line, Busway juga alat transportasi yang patut dibanggakan warga Jakarta, sayang.”
Ternyata rute Busway yang mereka naiki, melewati pusat kota. Kebetulan sekali, ada bus City tour yang melintas.
Bukan hanya Denis yang pertama kali merasakan naik bus tingkat. Ardho yang warga Jakarta pun baru pertama kalinya naik bus City tour. Setelah berkeliling kota, mereka turun di Senayan. Di arena PRJ, Mama membeli kerak telur. Wah, pengalaman hari ini sangat luar biasa. Ardho baru tahu, ternyata Kota Jakarta menyimpan sejarah Bangsa Indonesia di masa sebelum kemerdekaan. Mulai sekarang Ardho akan lebih menyayangi Kota Jakarta.
Selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar