Sabtu, 15 Juni 2019

ANTOLOGI BERSAMA : AKU DAN UANG


Aku dan Uang

Performance Based on Project (P-BOP) dan warung kelas tiga akan berlangsung bulan ini. Berprofesi guru memang selalu dituntut untuk mencontohkan kreativitas kepada siswanya. Kita akan menciptakan manusia kreatif jika selalu berusaha kreatif di depan mereka. Nah kegiatan sekolah yang akan berlangsung bulan ini adalah P-BOP dan warung kelas tiga. Sibuk memikirkan apa yang bisa di lakukan saat hari H, berhubung tema di kelas adalah tema uang, akhirnya berjualan adalah pilihan. Tema dirancang sedemikian rupa, sebuah pasar malam. Nanti anak-anak akan tampil bernyanyi, menari dan membaca puisi sebagai opening awal, sebelum pasar malamnya dibuka. Saat opening itulah siswa akan menampilkan apa yang pernah dipelajarinya di sekolah.

Siswaku banyak ide cara menghasilkan uang, sebagai guru aku merasa malu jika harus menyerah membeli barang yang sudah jadi dan menjualnya kembali. Akhirnya kuajari siswaku cara membuat tusuk jelujur di kain flannel, berkreasi dengan flannel adalah tujuan akhirnya. Jadilah bross cantik dan jepit unik, walaupun hasil karya anak kurang rapi, minimal akan dibeli oleh orangtua mereka ketika kegiatan.

Satu buku kreasi paper toys menjadi ide lanjutan, kebetulan aku membacanya ketika di perpustakaan, dengan modal foto kopi warna, kreasi paper toys ikut menyemarakkan acara yang bertajuk warung kelas tiga itu. Aku terfikir untuk menghasilkan sesuatu dengan kreativitas siswaku, tercetuslah ide menyeleksi gambar mereka untuk dijadikan stiker dan pin.

Ada yang unik di warung kelas tiga nanti, semua pembeli harus menukarkan dulu uang rupiah yang dibawa dengan uang yang berlaku di warung ini. Uang yang berlaku di sini adalah uang yang didesain oleh siswanya sendiri. Jadi beberapa anak akan berperan sebagai money changer, posisi money changer akan diisi oleh siswa yang mahir hitungan matematikanya.

Besok hari yang dinanti, persiapan tinggal selangkah lagi. Mendesain ruang kelas menjadi sebuah pasar malam, bukanlah hal mudah. Untung beberapa guru membantuku, menutup semua dinding dengan kain hitam pekat. Lampu di tutup dengan kertas wajit aneka warna agar menimbulkan kesan meriah, desain panggung dibuat ala kadarnya menggunakan karpet dan tanaman sebagai pembatas di sisi kiri dan kanannya. Mempersiapkan stand jualan ternyata juga butuh waktu lama, karena selain barang yang kami buat sendiri, besok akan dijual juga aneka jajanan pasar, minuman dan alat tulis. Lelah …, sehari sebelumnya aku pulang sampai larut malam demi acara besok agar berjalan lancar.

Jam sembilan aku sampai di rumah, mendadak tengah malam badanku panas dingin. Meriang dan masuk angin. Panik! Waduh, dalam kondisi demam begini, besok aku bisa datang enggak ya ke acara kelas besok. Kekhawatiranku terbukti, paginya tubuhku lemah tak berdaya, masih demam tinggi. Mau tak mau aku ijin ke kepala sekolah, karena kondisiku yang tidak memungkinkan untuk datang. Mohon ijin juga kepada patner kerjaku, berharap dia bisa menerima kondisi darurat ini. Kegiatan kelas pun berjalan tanpa kehadiranku. Sedih …, pasti orangtua akan menanyakan di mana bu gurunya.

Alhamdulillah …, kabar baik yang kuterima, barang yang dijajakan ludes terjual semua, kita untung besar! Semua siswa merasa senang dengan kegiatan warung kelas tiga. Namun kebahagiaanku tak lengkap, karena tak menyaksikannya.

Tidak ada komentar:

Kiat Menulis Cerita Fiksi

Pertemuan 10 (Rabu, 8 Juni 2022) Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25 Narasumber: Sudomo, S.Pt. Moderator: Sigid Purwo Nugroh...