Rabu, 27 Mei 2020

CERNAK TEMA BULAN RAMADHAN 1 - HAFALAN GANES

Hafalan Ganes
Ari Saptarini

Ganes anak tertua dari empat bersaudara. Saat ini sedang menjalani pendidikan di Pondok Pesantren Putra Tahfidz Al Quran. Menjelang Bulan Ramadhan, terjadi wabah pandemi Corona. Sehingga pondok pesantren memulangkan seluruh santrinya. Ganes salah satu yang harus kembali ke rumah orangtua. Sudah tiga minggu Ganes menjalani Bulan Ramadhan bersama keluarga.

Entah kenapa, di rumah susah sekali muraja’ah hafalan. Ada saja halangan, saat baru berniat, tiba-tiba Bapak minta tolong sesuatu.

“Ganes, Tolong bantu Bapak memotong daging ayam,” seru Bapak.

 “Baik, Pak,” jawab Ganes sembari meletakkan kembali Al Quran yang sudah dibukanya.

Bapak Ganes punya warung sate kecil di dekat rumah. Warung sate Ganes namanya, di sana tersedia menu Sate Ayam, Sate Kambing dan Tongseng.

“Kamu tau tidak, kenapa bapak memberi nama Warung kita, ‘Warung Sate Ganes’?” Tanya Bapak sewaktu Ganes sedang membantu menotong-motong daging ayam seukuran dadu.

“Kenapa, memangnya, Pak?”

“Dulu, Bapak dan Ibu mulai usaha warung sate, saat kamu masih dalam kandungan Ibu. Harapan Bapak, kelak Ganes yang akan meneruskan usaha warung sate ini. Alhamdulillah sampai sekarang warung masih tetap berjalan. Sementara pondok libur, kamu bisa bantu Bapak di warung, ya.”

“Iya, Pak. Tapi, Ganes juga tetap mau jadi tahfidz,” jawab Ganes.

“Oh, bisa! Kamu bisa jadi pengusaha warung sate yang juga tahfidz lulusan pondok pesantren, Bapak akan selalu mendukung.”

Sore menjelang berbuka adalah waktu paling sibuk di warung. Ganes sesekali membantu mengipas arang agar sate matang sempurna, Bapak sibuk melayani pembeli yang datang silih berganti.

“Alhamdulillah, ini Rezekimu, Ganes,” bisik Bapak.

Ganes tetap berusaha tersenyum, walaupun tangannya mulai kesemutan. Mengipas sate ternyata melelahkan. Inilah yang dilakukan Bapak setiap hari, demi Ganes bisa sekolah di Pondok Pesantren Tahfidz Quran.

Setelah tarawih berjamaah, Ganes tadarus dan siap mengulang muraja’ah hafalannya. Tapi, ketiga adik Ganes selalu saja ribut. Mereka ingin bermain bersama kakak Ganes.

“Ganes, bantu Ibu jaga adik-adik, ya,”

“Iya, Bu!” jawab Ganes dengan nada kecewa.

‘Ya Allah, bagaimana ini! Lagi-lagi aku tak bisa muraja’ah hafalan.’ Ganes membatin dalam hati. 

 Menjelang sahur, Ibu membangunkan Ganes, lembut.

“Ganes, Ganes…, ayo muraja’ah sekarang,” bisik Ibu ditelinga.

Ganes langsung terbangun dan mengambil air wudhu. Lalu sholat malam dua rakaat dilanjut muraja’ah hafalan bersama Ibu.

“Maaf, ya, Ganes. Ibu selalu sibuk dengan adik-adikmu. Tidak sempat mendampingi Ganes hafalan jika siang hari.”

“Tidak, apa-apa, Bu. Genes bisa hafalan sebelum sahur seperti sekarang. Bebas dari gangguan adik-adik,” seru Ganes sambil tersenyum.

Kini Ganes tau kapan harus mengulang hafalannya. Ketika adik-adik masih tidur, saat Bapak belum sibuk dengan kegiatan warungnya, saat lingkungan sekitar masih sepi. Hanya perlu waktu tigapuluh menit bagi Ganes, dan Ganes harus konsisten disiplin bangun pagi hari, menjelang sahur.



Tidak ada komentar:

Kiat Menulis Cerita Fiksi

Pertemuan 10 (Rabu, 8 Juni 2022) Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25 Narasumber: Sudomo, S.Pt. Moderator: Sigid Purwo Nugroh...