Rabu, 27 Mei 2020

Ketika Aktivitas Masjid Berbeda di Bulan Ramadhan (Karena PSBB!)




Masih teringat saat anak-anak berkumpul setiap sore dimasjid, hafalan bersama. Ketika weekend, masjid riuh suara anak-anak yang ikut pesantren kilat, mendengarkan dongeng, buka shaum bersama serta tadarus bersama setelah tarawih. Semua merasakan, ada yang berbeda Ramadhan tahun ini.

Masjid berada tepat di depan rumah kami. Ada sisi sentimentil yang muncul di lubuk hati saat mengamati masjid di malam hari. Sunyi, sepi! Terasa aneh Ramadhan tanpa tarawih.

Alhamdulillah, di masjid masih ada aktivitas sholat berjamaah. Dengan syarat: mereka yang sedang sakit atau ada gejala sakit dianjurkan untuk sholat di rumah, membawa sajadah sendiri dan shaf diatur agar sesuai aturan sosial distancing.   Anak kami yang memang ada gejala batuk alergi (bahkan sebelum kabar covid-19 sering batuk jika mengkonsumsi makanan tertentu) tak lagi bisa ke masjid untuk sementara.

“Bu, kok mereka masih boleh ke Masjid?” Tanya si sulung ketika mendengar dan melihat masih saja ada beberapa anak yang sholat berjamaah di masjid.  

Himbauan pemerintah untuk melakukan sosial distancing, anjuran ulama agar sementara sholat berjamaah dilakukan dengan keluarga. Kami tidak ke masjid, bukan karena takut tertular. Tapi karena mencoba Sami'na Wa Atho'na.  Sami'na Wa Atho'na dengan perintah dan larangan Allah SWT, pun Sami'na Wa Atho'na dengan para pemimpin.

Ada yang menarik, sejak aturan ini mulai berjalan. Anak-anak kecil diberi kesempatan untuk menyerukan adzan dan iqomah dari masjid. Setuju, karena regenerasi perlu dilakukan sejak dini.

Lantunan sholawat juga rutin dilakukan limabelas menit sebelum adzan. Dalam hati kami bersyukur, masih ada mereka yang mengumandangkan Adzan di masjid. Tanpa mereka tentu kita kerepotan harus menyetting alarm di HP atau melihat jadwal waktu sholat.
Suatu ketika, pengeras suara masjid mati. Pengurus masjid juga belum sempat memperbaiki hingga waktu menjelang berbuka puasa. Baru nggeh kalau sudah waktu berbuka karena adzan di masjid lain.
Tiba-tiba terbersit tanya, kemana anak-anak yang sholawatan itu?
Kadang kita tidak sadar, bahwa keberadaan mereka penting. Baru sadar saat mereka tidak  terlihat atau terdengar.

Sebentar lagi, Ramadhan akan pergi meninggalkan kita tahun ini. Walau menjalaninya di tengah wabah pandemi Covid-19, semoga kami masih bisa menghidupkan malam Ramadhan dengan tilawah. Ya, dari rumah masing-masing kami tetap ingin mencari Lailatul Qodr.

Semoga, Ramadhan tahun depan masjid kembali penuh dengan jamaah tarawih. Sorepun riuh dengan lantunan tilawah. Malam Ramadhan kembali terang benderang dengan banyaknya peserta itikaf. Ya Allah, sungguh kami semua tidak mengetahui, apakah akan sampai ke Ramadhan tahun depan….

Ijinkan kami merasakan Ramadhan 1441H dengan hati bersih, walaupun banyak berita bantuan sembako yang salah sasaran. Semoga setiap orang merasa kaya, agar jika menerima yang bukan haknya segera menyalurkannya kepada yang berhak.

Ijinkan kami merasakan Ramadhan 1441H dengan hati bersih, walaupun bulan ini tagihan listrik PLN naik. Semoga pemerintah segera tanggap ada ketimpangan dimana? Karena iri adalah penyakit manusia (sebenarnya wajar kalau listrik naik, jika di rumah ada AC, TV, Laptop dan terus menyala selama WFH dan SFH).

Tunjukkanlah kepada kami semua, keindahan Zakat dan sedekah yang akan memunculkan keseimbangan disana.

Tulisan ini adalah murni reminder diri sendiri untuk lebih disiplin waktu sholat, zakat dan bersedekah.

Tidak ada komentar:

Kiat Menulis Cerita Fiksi

Pertemuan 10 (Rabu, 8 Juni 2022) Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25 Narasumber: Sudomo, S.Pt. Moderator: Sigid Purwo Nugroh...