Berkenalan
dengan guru-guru PAUD di seluruh pelosok Indonesia adalah bagian dari pekerjaan
dirumah saat ini, wawancara melalui sambungan telpon tentunya. Diantara para
guru PAUD ini, ada yang tinggal di wilayah terluar, tertinggal dan terdepan
(3T). Wilayah Republik Indonesia
yang berbatasan dengan negara tetangga.
Karena
jauhnya lokasi PAUD mereka dengan pusat pemerintahan provinsi, kadangkala nasib
para guru PAUD di daerah 3T kurang perhatian dari pemerintah. Tidak dipungkiri,
kondisi ekonomi di wilayah 3T agak terhambat dikarenakan invrastruktur yang
belum merata.
Dengan
fasilitas yang terbatas, guru-guru PAUD ini tetap ingin memberikan yang terbaik
untuk siswanya. Pun ketika kondisi siswa harus belajar di rumah seperti
sekarang, merekapun tertib dengan aturan pemerintah. Sampai ada yang
mengorbankan materi, waktu dan tenaga untuk mengunjungi satu persatu siswanya
di rumah masing-masing.
Bersyukur
bagi kita semua yang bisa mengakses internet dengan begitu mudah kapan dan
dimanapun. Memberi penugasan untuk siswa bisa melalui groub whatsapp, google
classroom atau video conference.
Bagaimana dengan para guru yang tinggal di wilayah tanpa akses sinyal
apapun (jangankan sinyal internet, sinyal telpon aja putus sambung).
“Ibu,
kalau mau telpon kabari dulu ya, kita janjian dulu. Karena kami harus jalan
dulu ke bawah tower.”
Itu
hanya salah satu percakapan yang pernah terjadi saat wawancara. Akhirnya, kami
janjian di hari tertentu untuk menghubungi beliau, jarak dari rumahnya ke
‘bawah tower’ itu sekitar tigapuluh menit. Masyaallah, untuk dapat sambungan
telpon saja perlu pengorbanan yang demikian, mereka tetap menjalaninya dengan
ikhlas.
Guru
PAUD tidak mendapat gaji selama siswa belajar di rumah, ini fakta yang terjadi
di lapangan.
“Kami
malu bu, menagih ke orangtua siswa. Karena orangtua siswa-siswi kami juga bukan
orang berpunya. Banyak orangtua siswa yang kehilangan pekerjaan juga.”
Dan
mereka masih punya empati kepada para orangtua siswa dengan tetap memberikan
pelayanan maksimal untuk anak didik, tanpa bayaran SPP bulanan sejak April
lalu.
Tinggal
di tempat yang segalanya mudah adalah rezeki. Jalan kampung yang beraspal, juga
rezeki. Karena ada teman kami di beberapa titik (masih di Indonesia) yang harus
menempuh jalan darat seperti melewati area balap offroad dengan tanah merah,
becek, naik turun dan tanpa penerangan lampu.
Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban
(Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar