Rabu, 27 Mei 2020

Tetap Bersyukur Dengan yang Ada (Mereka yang Terdampak Covid19)



Berkenalan dengan guru-guru PAUD di seluruh pelosok Indonesia adalah bagian dari pekerjaan dirumah saat ini, wawancara melalui sambungan telpon tentunya. Diantara para guru PAUD ini, ada yang tinggal di wilayah terluar, tertinggal dan terdepan (3T).  Wilayah Republik Indonesia yang  berbatasan dengan negara tetangga.

Karena jauhnya lokasi PAUD mereka dengan pusat pemerintahan provinsi, kadangkala nasib para guru PAUD di daerah 3T kurang perhatian dari pemerintah. Tidak dipungkiri, kondisi ekonomi di wilayah 3T agak terhambat dikarenakan invrastruktur yang belum merata.

Dengan fasilitas yang terbatas, guru-guru PAUD ini tetap ingin memberikan yang terbaik untuk siswanya. Pun ketika kondisi siswa harus belajar di rumah seperti sekarang, merekapun tertib dengan aturan pemerintah. Sampai ada yang mengorbankan materi, waktu dan tenaga untuk mengunjungi satu persatu siswanya di rumah masing-masing.

Bersyukur bagi kita semua yang bisa mengakses internet dengan begitu mudah kapan dan dimanapun. Memberi penugasan untuk siswa bisa melalui groub whatsapp, google classroom atau video conference.  Bagaimana dengan para guru yang tinggal di wilayah tanpa akses sinyal apapun (jangankan sinyal internet, sinyal telpon aja putus sambung).

“Ibu, kalau mau telpon kabari dulu ya, kita janjian dulu. Karena kami harus jalan dulu ke bawah tower.”

Itu hanya salah satu percakapan yang pernah terjadi saat wawancara. Akhirnya, kami janjian di hari tertentu untuk menghubungi beliau, jarak dari rumahnya ke ‘bawah tower’ itu sekitar tigapuluh menit. Masyaallah, untuk dapat sambungan telpon saja perlu pengorbanan yang demikian, mereka tetap menjalaninya dengan ikhlas.

Guru PAUD tidak mendapat gaji selama siswa belajar di rumah, ini fakta yang terjadi di lapangan.

“Kami malu bu, menagih ke orangtua siswa. Karena orangtua siswa-siswi kami juga bukan orang berpunya. Banyak orangtua siswa yang kehilangan pekerjaan juga.”
Dan mereka masih punya empati kepada para orangtua siswa dengan tetap memberikan pelayanan maksimal untuk anak didik, tanpa bayaran SPP bulanan sejak April lalu.

Tinggal di tempat yang segalanya mudah adalah rezeki. Jalan kampung yang beraspal, juga rezeki. Karena ada teman kami di beberapa titik (masih di Indonesia) yang harus menempuh jalan darat seperti melewati area balap offroad dengan tanah merah, becek, naik turun dan tanpa penerangan lampu.

Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban
(Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?)




Tidak ada komentar:

Kiat Menulis Cerita Fiksi

Pertemuan 10 (Rabu, 8 Juni 2022) Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 25 Narasumber: Sudomo, S.Pt. Moderator: Sigid Purwo Nugroh...