Si Bungsu masih meringkuk di
tempat tidur, si Sulung bermain bola, Sabtu pagi pukul tujuh. Sebelum berangkat,
kuelus lembut rambut tipis si Bungsu, lalu berbisik di telinganya ‘Ibu berangkat, ya, Nak.’
Pertemuan kopi darat salah
satu grup kepenulisan, membuat Sabtu
pagiku sibuk. Teman maya yang berubah nyata, kan sua dalam hitungan jam,
komunikasi yang biasanya terjadi hanya lewat media sosial, mereka akan nyata di
hadapan. Rasanya seperti makan buah Apel, renyah, manis dan segar. Begitu pun
perasaan segera bertemu Duo bunda, Kak Indi, Kak Edib, Kak Sian, Bang Utep,
Bang Andi, Mas Budi, Novia, Hendri, Togie, Rini, Uma, Tio dan yang lain.
Setelah pamit, Aku berangkat.
Beruntung bisa berangkat sebagai tugas kantor bersama seorang rekan, Unie
namanya. Unie guru baru di sekolah, Aku sengaja minta ke Kepala Sekolah agar
bisa berangkat berdua. Bunda Ve, Terimakasih tlah memberi undangan dan rundown
acara, tanpa itu Aku sulit menjelaskan bahwa kopdar Pedas, bukan sekadar
kopdar. Kuyakinkan bu kepsek, ada ilmu yang bisa didapat.
Sampai kantor, Unie dan Pak
Sofyan telah menunggu di gerbang. Pak Sofyan, sopir kantor bersedia mengantar
cari lokasi.
“Langsung berangkat, Bu?”
Tanya Pak Sofyan.
“Iya, ayo, Unie.”
“Hpnya dinyalain, Bu?” tanya
Pak Sofyan
“Nyala, kok, Pak.”
“Maksudnya GPSnya, biar kita
bisa lewat jalur yang benar, ga nyasar.”
“Oh, Unie, gimana caranya
pakai navigasi GPS? Aku belum pernah.”
“Aku juga ga pernah pakai
gituan, Bu, Kita coba aja.”
“Google Map aplikasinya,
tinggal masukin alamat tujuan,” jelas Pak Sofyan sambil konsentrasi mengemudi.
Urusan navigasi, sopir kantor
senior itu ahlinya. Setengah jam kami aman mengikuti panduan, hingga akhirnya
kedua aplikasi GPS di Hpku dan Unie menunjukkan kelemahan sebagai sebuah mesin
yang dikendalikan. Ini terjadi setelah memasuki kawasan terminal Blok M. Di
Hpku menunjukkan belok kiri, di Hp Unie menunjuk belok kanan, nah lo? Pak
Sofyan kebingungan.
“Ga boleh salah, nih. Kalau
salah putar baliknya bisa jauh banget di depan.” ucap Pak Sofyan
Kami sepakat menggunakan satu
panduan saja, Unie mematikan Hpnya. Belok kiri dan … mentok! Dua kali kami
putari terminal Blok M karena percaya dengan petunjuk GPS sesat. Sudah tahu
sesat, masih aja percaya, sial!
Ujung-ujungnya bertanya ke
orang. Sekali bertanya, masih tak tergambar. Duakali tanya, ada titik terang,
Kami berputar-putar di jalan Hang Tuah. Awalnya mencoba cari sendiri, karena
menurut informasi jalan Hang Jebat sebelahan. Setengah jam lamanya bolak-balik,
Aku tak sabar lagi, buka GPS? tak ada harapan! Dan lagi Hpku mati kecapean,
bagaimana bisa hubungi seseorang.
Kami ikuti petunjuk seorang
satpam, dan plang PKBI di ujung jalan.
“Nah, itu, Pak!”
Ini pertama kali bisa
mendengar suara lembut Bunda Ve dan semangat membakar dari Bunda Icha. Bertemu
Novia yang ramah, Kak sithie dan Kak Loli yang rajin, Kak Sian yang kocak dan lainnya.
Maya menjadi nyata. Tio mana ya, semalam dia cerita, tidur bersama Bang Andi,
Hendri, Kang Utep dan Hans. Saat sesi perkenalan, baru tahu ternyata Tio
aslinya keriting dan jangkung. Hihi, paling jangkung di antara semua peserta
kopdar yang datang hari itu.
Dan Aku harus pulang sebelum
acara inti dimulai, dua balitaku menunggu di rumah dengan mantan pacar.
Based On True Story
(Kenangan Kopdar, 31 Mei 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar